Canang careukeuh adalah sebuah alat musik tradisional yang berasal dari kota ljokseumawe provinsi Aceh yang saat ini keberadaannya berada di puncak kepunahan. Canang Ceureukeh awalnya berfungsi sebagai sebuah alat yang dimainkan masyarakat pada saat menjaga padi di sawah juga pada saat musim panen tiba yang dimainkan secara bersama-sama oleh masyarakat di Lhokseumawe. Canang Ceureukeh adalah sebuah alat musik ritmis dan melodis berbentuk bilah yang berjumlah empat bilah, alat musik ini memiliki falsafah tersendiri. Canang Ceureukeh terbuat dari kayu yang dimainkan dengan cara dipukul dengan alat yang terbuat dari kayu.
Dalam pengklasifikasiannya alat musik ini tergolong dalam idiofon, instrumen yang sumber bunyinya adalah badan alat musik itu sendiri, menghasilkan suara melalui getaran suara yang diperoleh karena pukulannya, Banoe (2010, hlm. 14-16). Seiring berjalannya waktu alat musik ini mulai jarang dikenal oleh masyarakat di daerah tersebut disebabkan karena beberapa faktor, mulai dari kemerosotan perekonomian negara, kegaduhan politik di dalam negeri, hingga konflik yang terjadi di Aceh yang menyebabkan para seniman dan masyarakat tidak berani dan tidak sempat memikirkan hal yang lain selain bekerja dan keselamatan diri sendiri serta keluarganya. Pada masa sekarang hal ini perlu disadari bahwasanya ada seni-seni tradisi dan benda tradisi seperti alat musik canang ceureukeh yang mulai tidak diminati di kalangan masyarakat dan mulai terancam kepunahannya.
Canang ceureukeh pada dasarnya merupakan alat musik tradisional yang berfungsi tunggal, yang mana alat musik tersebut tidak terikat dengan alat musik lain dalam satu garapan musik. Secara tradisi canang ceureukeh dimainkan satu orang atau lebih dengan pola tabuhan yang sama, pola tabuhan tersebut adalah pola tabuhan yang telah ada dan pakemdari zaman dulu. Jika dimainkan oleh beberapa orang Pola tabuhan tersebut dimainkan dengan cara serentak pada setiap tabuhan dan ritmenya yang sama. Hal tersebut didasari oleh kebiasaan penggunaan alat musik tersebut dikalangan masyarakat dahulu, yang mana alat musik canang ceureukehpada saat itu dimainkan bukan dalam bentuk satu garapan musik, melainkan mempunyai fungsi tunggal yang bersifat menghibur diri pada saat mengisi sebuah kegiatan kebiasaan dalam masyarakat daerah tersebut.
anang ceureukehyangperlahan mengalami perkembangan dari segi bentuk dan pengolahan cara permainan oleh seniman dan pelaku seni, alat musik canang ceureukehkemudian dapat dimainkan bersama dalam satu garapan musik dan disandingkan dengan beberapa alat musik tradisional lainyang ada di Aceh seperti rapa’i, geundrangdan serune kale.Jika disandingkan dengan alat musik tradisional aceh lainnya yang digabungkan dalam satu garapan musik alat musik ini memiliki fungsi dinamis yang mana dapat dilakukan variasi ritem dan melodi, serta sebagai pendukung suasana yang mana mengisi pola tabuhan pada beberapa bagian bar yang membutuhkan suasana meriah dan membutuhkan efek dari suara alat musik yang bisa dipukul secara cepat dan variatif, Sama halnya dengan alat musik Terbangdari madura.
Oleh masyarakat alat musik ini digunakan sebagai sebuah alat yang dimanfaatkan pada saar menjaga padi di sawah serta sat musim panen tiba untuk menjaga area persawahan dari serangan binatang liar dan buas. Pada umumnya cananhg ceureukeh dimainkan oleh wanita dan anak-anak, serta remaja yang suka bermain sambil membantu orang tuanya di sawah.