Arsitektur Jawa

Kota Yogyakarta memilki banyak bangunan peninggalan masa lalu denga beragam gaya. Dari sekian ragam  gaya arsitektur bangunan-bangunan lama yang ada di Kota Yogyakarta, bangunan denga gaya arsitektur tradisional Jawa adalah yang paling banyak ditemukan. Keberadaanya tak lepas dari pengaruh kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa. Arsitektur tradisional Jawa melekat pada banyak bangunan kerajaan berupa Istana, Ndalem (rumah bangsawan), maupun bangunan masyarakat secara umum seperti rumah tinggal, dan tempat ibadah. Gaya arsitektur tradisional Jawa adalah hasil dari perkembangan dan dinamika dari bangunan-bangunan yang ada sejak masa lampau sehingga jika dibagi menjadi beberapa periode maka  arsitektur Tradisiorlal Jawa terbagi kedalam periode waktu yaitu

  • Zaman neolitik dan Megalitik
  • Zaman purba
  • Zaman madya
  • Zaman voc dan penjajahan Belanda
  • Zaman kemerdekaan

Seperti diuraikan di atas salah satu bangunan arsitektur Jawa adalah tempat tinggal masyarakat Jawa. Bangunan tempat tinggal ini memilki pembagian ruang secara umum adalah :

  • Regol merupakan gerbang utama dengan fungsi selain pintu masuk utama adalah sebagai tempat upacara pernikahan dan kematian
  • Pendopo berfungsi  sebagai  tempat  berkumpul  orang  banyak  dan menerima tamu untuk menyelenggrakan upacara pernikahan, kematian, dan acara kerumahtanggaan/kemasyarakatan.
  • Peringgitan, bentuknya  seperti  serambi  yang  terdiri  atas  tiga persegi berada  di belakang pendopo. sebagai tempat menggelar sebagaian prosesi  upacara selamatan
  • Tratag merupakan gang di antara pendopo dan peringgitan.
  • Ndalem Ageng dengan fungsi utamanya sebagai ruang keluarga yang bersifat privat  dan sebagai ruang untuk mengadakan rangkaian upacara kematian (meletakkan jenazah), slametan kelahiran, persiapan pernikahan, slametan pernikahan.
  • Sentong merupakan tiga  buah  kamar yang    Pada  sentong kiwo  dan  sentong  tengen  terdapat  pintu  berdaun  dua.
  • Gandok adalah  rumah-rumah  di  samping  dalem  Gandokkiwo  (wetan  omah)  untuk  tidur  kaum  laki-Iaki  dan  gandok tengen  (kulon omah) untuk kaum perempuan.
  • Gadri atau ruang makan terletak di belakang sentong dalem agung.
  • Dapur dan  pekiwan  sebagai  bagian  pelayanan  terletak  paling belakang.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Kata kunci: Konsultan pariwisata, kajian pariwisata, RIPPARDA, Bisnis Plan.

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

two + 12 =

Latest Comments