Aspek Budaya Kotagede

Memasuki Kawasan Kotagede, kita serasa memasuki lingkungan kota seratus tahun lalu. Secara umum Kotagede dibangun atas dasar konsep kosmologis Jawa – Islam yang mengacu pada keselarasan, keserasian, dan kesejajaran antara mikrokosmos yang berupa lingkungan buatan dengan makrokosmos yang berupa alam semesta. Antara manusia dengan kesadaran sebagai makhluk yang lemah dengan kesadaran manusia otonom dan bertanggungawab, antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Konsep ini juga mengacu pada konsep Pra Islam yang mengatur tentang Negara dan kedudukan Raja,[1] meskipun disesuaikan dengan konsep-konsep pada Islam.

Kotagede pada awalnya hanyalah sebuah hutan hadiah dari Sultan Hadiwijaya Raja Pajang kepada Ki Gedhe Pemanahan. Tata ruang Kotagede dibangun secara tidak beraturan karena hanya hendak dijadikan Kademangan (desa) oleh Ki Gede Pamanahan. Baru setelah Masa Senopati Kotagede dibangun menjadi semacam Kotaraja untuk menyaingi Pajang. Tata kota dibuat lebih teratur atas arahan Sunan Kalijaga, termasuk penanaman  Beringin Kurung di alun-alun.

[1] Heine, Robert. Geldern; 1972; Konsepsi tentang Negara dan Kedudukan Raja di Asia Tenggara; Jakarata: CV Rajawali.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 × 5 =

Latest Comments