Bagong Kussudiardja – Kota Yogyakarta merupakan sebuah kota yang berdiri berawal dari adanya Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 dan dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, suatu kawasan di antara sungai Winongo dan sungai Code . Kota Yogyakarta sebagai suatu daerah yang dikuasai oleh seorang raja dengan kebudayaan yang luhur telah menciptakan suatu peradaban yang telah lama dilakukan suatu proses pewarisan budaya takbenda. Seni pertunjukan sebagai salah satu bentuk warisan budaya takbenda di kota Yogyakarta memiliki dua pembeda kontras dalam hal ciri, antara lain dikata sebagai seni tradisi klasik dan seni tradisi kerakyatan. Keduanya memiliki suatu relasi, bukan suatu hal yang berbeda dan tidak dapat saling mempengaruhi. Sumbu hubungan seni-seni tradisi klasik dan seni-seni tradisi kerakyatan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan sumbu pendek, yang tak lekang oleh persepsi dan perlakuan dikotomis, ditambah pula keduanya memiliki hubungan dekat dan saling menguatkan; dengan kata lain tradisi klasik dan tradisi kerakyatan dalam seni pertunjukan tradisional berjalan seiring dan searah-hadap dalam memberi makna kehadiran mereka di jagat kebudayaan DIY (UPTD Taman Budaya , 2016). Penjabaran tersebut nampak berkoherensi dengan beberapa karya seni pertunjukan – tari pada khususnya – yang memiliki gejala dialog antara seni-seni kerakyatan dan tradisi klasik. Keduanya saling mengisi ruang kreatif dan mendobrak dikotomi kebudayaan rasional. Karya-karya tari tersebut diinisiasi oleh seorang maestro bernama Bagong Kussudiardja.
Bagong Kussudiardja (1928-2004) adalah seniman berpengaruh dengan prestasi dan pencapaian yang dapat diperhitungkan sebagai salah satu tonggak budaya dalam sejarah pasca-kolonial Indonesia modern. Tak banyak seniman yang memiliki riwayat kehidupan kreatif dengan faset yang berlapis-lapis seperti BK; berkarakter kuat, unik & terbuka. BK memiliki energi yang melimpah dan bisa meledak kapan saja dalam berbagai bentuk; sketsa, lukisan, karya tiga dimensional maupun berbagai komposisi tari . Bagong Kussudiardja sebagai salah satu maestro dari Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak karya tari yang mendialogkan antara seni tradisi dengan seni klasik, beberapa diantaranya adalah tari Wira Pertiwi, Yapong, dan Kuda-Kuda. Inisiasi dari Bagong Kussudiardja tersebut menjadi salah satu tolok ukur bagi para pengamat seni budaya Indonesia sebagai pionir dari adanya tari kreasi yang ada di Indonesia. Hal tersebut menarik untuk dikaji menimbang adanya kontribusi Bagong Kussudiardja dengan representasi tiga tarian tersebut membuat dampak yang signifikan dari proses pewarisan budaya takbenda. Tari Wira Pertiwi, Yapong, dan Kuda-Kuda kami kaji dalam lingkup kajian warisan budaya takbenda sebagai sarana untuk meninjau bagaimana pemikiran ideologi visioner Bagong Kussudiardja dalam karya tari, terlebih lagi nilai yang terkandung di dalamnya.
Baca juga : Turonggo Agung Kalasan
Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat. Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di 0812-3299-9470.
No responses yet