Berwisata dan Belajar Sejarah di Desa Wisata Kelor

Desa wisata Kelor dikenal dengan sebutan ‘Kampoeng Sedjarah Kelor’ yang berada di wilayah Desa Bengunkerto Kecamana Turi Kabupaten Sleman. Jaraknya kurang lebih 25 km dari pusat kota ke arah utara. Desa wisata Kelor menyajikan suasana alam pedesaan yang berhawa sejuk dan diperkuat dengan hamparan kebun salak, sungai yang jernih dari kolam ikan serta pemandangan Gunung Merapi dari kejauhan.

Desa Kelor berdiri tahun 1832. Nama Kelor diambil dari nama sebuah pohon bernama Kelor dengan nama latin Moringa Oleifera. Kelor adalah sejenis pohon yang dipercaya masyarakat Jawa pada zaman dahulu yang mempunyai kesaktian dan dapat mengusir keburukan. Menurut cerita sesepuh, dahulu terdapat sebatang pohon kelor yang terletak di utara dusun Kelor. Suatu ketika terjadi erupsi Gunung Merapi. Pohon kelor ini dikisahkan mampu menyelamatkan dusun sehingga warga selamat dari bahaya erupsi Gunung Merapi.

Desa Wisata Kelor merupakan sebuah desa wisata yang memiliki potensi wisata alam berupa pertanian salak pondoh dan outbond. Pertanian salak pondoh mendominasi jenis tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat Kelor. Hasil dari pertanian ini dipasarkan di sekitar Yogyakarta dan di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, bahkan keluar Jawa, seperti Sumatra dan Kalimantan.

Selain pertanian salak pondoh, Desa Wisata Kelor juga mempunyai potensi unggulan, yaitu desa wisata dengan layanan penyelenggaraan outbound. Dalam kegiatan ini, masyarakat dilibatkan dalam beberapa peranan, yaitu sebagai pengelola outbound, penyedia jasa penyediaan konsumsi pengunjung, penginapan, dan lain lain. Masyarakat mendapat manfaat yang signifikan dalam peningkatan ekonomi. Hal ini menjadikan Desa Wisata Kelor berperan bagi peningkatan ekonomi warganya.

Desa wisata Kelor ini menawarkan suasana pedesaan dimana penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani, beternak ayam, kambing dan juga melakukan budidaya jamur. Desa wisata tersebut menyediakan arena kegiatan perkemahan dan outbond dengan fasilitas yang mendukung sehingga wisatawan dapat mencoba wahana outbond dan menikmati suasana pedesaan yang asri. Wahana outbond yang ada seperti flying fox dan berbagai wahana lainnya yang menantang adrenalin wisatawan. Terdapat juga rumah joglo yang terletak di antara rumah penduduk. Rumah Joglo tersebut terbuat dari kayu jati yang memiliki nilai sejarah mengenai arsitektur Jawa yang memiliki nilai seni yang tinggi.

Perkebunan salak yang ada di Desa Wisata Kelor terbentang dari utara sampai selatan. Wisatawan yang datang dapat berinteraksi langsung dengan penduduk setempat dalam hal penanaman dan pemeliharaan buah salak. Desa wisata Kelor memiliki beberapa kesenian tradisional seperti jathilan (kuda lumping), gamelan, kethoprak, tari tradisional Yogyakarta dan sholawatan klenthingan. Tradisi yang sampai dengan saat ini masih terpelihara dengan baik adalah tradisi daur kehidupan seperti kelahiran, khitanan, mantenan, mitoni, brokohan bagi anak yang baru lahir.

Kegiatan yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Desa wisata Kelor adalah adanya susur sungai Bedog. Sungai Bedog merupakan anak sungai yang terbentuk dari letusan Gunung Merapi yang melintas di sebelah timur desa wisata Kelor sepanjang kurang lebih 1,5 km dan lebar sungai 5 m dan kedalaman air maksimal 0,5 m. Wisatawan dapat menikmati keindahan alam Sungai Bedog dan melakukan penyusuran yang dapat dilakukan pada pagi sampai dengan siang hari. Desa wisata Kelor juga memiliki kemenarikan lainnya yaitu kolam ikan milik penduduk. Wisatawan dapat memancing, menjaring ikan. Bagi wisatawan yang datang, Desa wisata Kelor menyediakan makanan khas yaitu nasi pondoh dan tempe bacem. Makanan ini biasanya disajikan ketika ada gotong royong yang dilaksanaan oleh warga sekitar.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

19 − fourteen =

Latest Comments