Budaya “Megengan” tradisi penyambutan Bulan Ramadhan

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keberagaman masyarakatnya. Hal ini terjadi karena di Indonesia terdapat banyak suku dan etnis yang tersebar di seluruh Indonesia. Masyarakat Jawa sendiri dikenal dengan budaya nya yang kental dan bertahan sampai saat ini. masyarakat Jawa masih menjaga dan mempertahankan budaya sehingga membentuk sebuah kebiasaan. Kebiasaan inilah yang menjadikan budaya menjadi lestari dan berkembang secara turun temurun sampai sekarang. Penanggalan kalender jawa terbagi menjadi 12 bulan, yang mana pada beberapa bulan masyarakat memiliki peringatan tadisi yang bermacam-macam. Salah satunya adalah tradisi Megengan.

Tradisi megengan merupakan acara penyambutan bulan suci Ramadahan, yang biasanya dilakukan pada malam terakhir bulan Ruwah. Secara etimologi, “megengan” diambil dari kata pegang atau menyapih, dan ruwah sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya orang yang meningal atau arwah. Tujuan dari acara selamatan ini adalah untuk mengirimkan doa kepada leluhur yang sudah meninggal.

Tradisi megengan ini lahir pada masa kerajaan Demak sekitar tahun 1.500 M, yang mana tradisi ini adalah bukti nyata akulturasi budaya antara budaya jawa dengan islam yang masih bertahan sampai saat ini. umumnya perayaan ini dilakukan dengan membaca doa dan tahlil dengan seluruh masyarakat yang dilakukan di masjid lalu diikuti dengan pembagian makanan yang diberikan kepada seluruh masyarakat. Pembacaan doa dan tahll dilakukan setelah menjalankan sholat isya’. Setelah membava doa-doa, makanan yang dibawa oleh masyarakat dibagikan kembali kepada masyarakat yang hadir.

Tujuan dari pelaksanaan selamatan ini adalah agar terhindar dari bahaya, bahagia dan sentosa. Ubarampe yang berada di megengan memiliki ciri yaitu kue apem. Kue apem merupakan makanan tradisional yang masih bertahan hingga kini dan sering digunakan pada acara sakral masyarakat Jawa. Kue apem memiliki makna simbolik sendiri, yakni dari kata apem yang diambil dari bahasa arab “afwan” yang mrmiliki arti maaf atau meminta maaf. Bulan suci ramadhan dinilai sebagai bulan yang suci dan penuh ampunan bagi umat muslim yang diseluruh dunia. Sehingga masyarakat menilai tradisi megengan dijadikan sebagai bersih diri dari dosa-dosa.

Tradisi megengan juga mengandung makna saling berbagi antar sesama, biasanya setiap perayaan tradisi megengan setiap rumah membuat makanan dengan jumlh yang telah disepakati bersama. Lalu makanan itu dibawa ke masjid atau musholla seiring dengan melaksanakan sholat isya. Selanjutnya setelah melangsungkan sholat isya, dilaksanakan selamatan untuk mendoakan para leluhur dan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT karena masih diberi kesempatan bertemu dengan Ramadhan. Setelah acara ini selesai, makanan dibagikan kembali kepada masyarakat sekitar.kegiatan ini merupakan simbol berbagi kepada sesama.

Selain itu, pelaksanaan tradisi ini juga merupakan upaya melestarikan agama islam, yang mana pada saat zaman Sunan Bonang dulu, terdapat tradisi duduk melingkar dan terdapat makanan sebagai rasa syukur yang dikenal dengan Panca Makara. Seiring perkembangan waktu, model dakwah menjadia lebih bermacam-macam dan terbuka. Megengan sendiri tidak masuk kedalam media upaya penyebaran islam, tetapi lebih cocok sebagai kegiatan untuk melestarikan tradisi islam yang sudah diperingatkan sejak masa leluhur dengan tujuan agar masyarakat dapat melestarikan tradisi agama islam sampai ke generasi selanjutnya.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fourteen + 15 =

Latest Comments