Dalam dunia wisata gastronomi, pengalaman kuliner bukan hanya soal rasa, tetapi juga penampilan dan keunikan sajian. Salah satu tren terbaru yang semakin menarik minat wisatawan adalah penggunaan edible flower atau bunga yang dapat dimakan sebagai garnish makanan. Bunga-bunga ini tidak hanya menambah keindahan visual pada makanan, tetapi juga memberikan aroma dan rasa yang khas. Dengan kehadiran edible flower, wisata gastronomi menjadi semakin menarik, memberikan sentuhan estetis dan rasa yang berbeda pada setiap hidangan.
Edible flower telah digunakan dalam berbagai tradisi kuliner di seluruh dunia selama berabad-abad. Namun, belakangan ini, bunga yang dapat dimakan semakin populer di restoran mewah dan festival kuliner di berbagai destinasi wisata. Mereka memberikan dimensi baru pada pengalaman bersantap, menarik perhatian para wisatawan yang mencari sajian unik dan inovatif.
Edible Flower sebagai Daya Tarik dalam Wisata Gastronomi
Wisatawan tertarik pada makanan dengan edible flower karena keindahan visualnya. Mereka menganggap makanan dengan hiasan bunga terlihat lebih elegan dan mewah. Selain itu, wisatawan sering mengabadikan makanan ini di media sosial, sehingga meningkatkan popularitas destinasi wisata kuliner.
Selain mempercantik tampilan, edible flower juga memberikan lapisan rasa yang unik. Beberapa bunga memiliki cita rasa manis, seperti bunga mawar dan lavender, sementara yang lain, seperti nasturtium dan bunga zucchini, memberikan rasa pedas atau segar. Hal ini memungkinkan chef untuk berkreasi dengan cita rasa yang lebih luas, memperkaya pengalaman wisata kuliner wisatawan.
Edible flower tidak hanya memberikan nilai estetika dan rasa, tetapi juga membawa sentuhan budaya. Beberapa bunga, seperti bunga telang dan bunga mawar, memiliki makna simbolis dalam budaya tertentu. Wisatawan yang tertarik pada budaya lokal sering kali tertarik untuk memahami makna dan penggunaan tradisional dari bunga-bunga ini dalam makanan atau upacara adat.
Bunga-Bunga yang Sering Digunakan sebagai Edible Flower
Lavender memberikan aroma harum dan rasa manis pada hidangan penutup. Mawar memberikan sentuhan elegan pada sajian manis dan minuman. Nasturtium menambah rasa pedas pada salad atau menjadi hiasan hidangan utama. Bunga violet, pansy, dan telang dengan warna mencolok menghiasi atau mewarnai makanan dan minuman secara alami.
Inovasi Wisata Gastronomi dengan Edible Flower
Banyak destinasi wisata gastronomi di seluruh dunia kini menawarkan pengalaman kuliner yang mencakup penggunaan edible flower. Wisatawan dapat menikmati hidangan yang tak hanya lezat, tetapi juga indah untuk dilihat. Festival kuliner yang menampilkan hidangan berbasis edible flower juga semakin populer, menarik wisatawan untuk menjelajahi cita rasa dan seni kuliner yang berbeda.
Selain itu, beberapa restoran mengajak wisatawan untuk memetik sendiri edible flower di kebun organik sebelum menikmatinya di piring mereka. Pengalaman ini memberikan sentuhan personal dan edukatif bagi wisatawan, memungkinkan mereka untuk lebih memahami asal usul bahan makanan yang mereka nikmati.
Masa Depan Edible Flower dalam Wisata Gastronomi
Melihat tren yang terus berkembang, edible flower diperkirakan akan tetap menjadi bagian penting dalam wisata gastronomi di masa mendatang. Selain menambah keindahan dan rasa, bunga yang dapat dimakan juga sejalan dengan konsep pariwisata berkelanjutan, terutama jika ditanam secara organik dan lokal. Dengan inovasi yang terus berlanjut, wisatawan dapat menantikan pengalaman kuliner yang semakin menarik dan memukau.
Baca juga : Wisata Gastronomi dalam Menarik Wisatawan
Referensi:
- Van Linschoten, T. (2020). The Art of Culinary Flowers
- World Tourism Organization (2021). Gastronomy Tourism: Future Trends
Untuk informasi lainnya hubungi admin kami di:
Whatsapp: (0812-3299-9470)
Instagram: @jttc_jogja

No responses yet