Gastronomi Makanan Yogyakarta sebagai Atraksi Wisata Kuliner

Wisata kuliner menawarkan daya tarik wisata tersendiri dimana wisata kuliner merupakan strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Yogyakarta. Makanan tradisional yang ada di Yogyakarta sangat beragam dan banyak disenangi wisatawan, dimana macam-macam makanan khas Yogyakarta sangat erat hubungannya dengan sejarah yang ada. Hampir semua jenis nama makanan yang ada di Yogyakarta sangat erat hubungannya dengan sejarah yang ada.

Yogyakarta memiliki banyak tempat wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan. Wisat akuliner menjadikan DIY salah satu destinasi yang paling banyak dikunjungi wisatawan untuk sekedar menikmati sajian makanan khas ataupun oleh-oleh. Berikut makanan khas yang berasal dari kota Istimewa ini:

  1. Gudeg, makanan ini sudah ada sejak tahun 1500-an. Kata gudeg berasal dari kata “hangudek” yang berarti mengaduk. Kata hangudek dalam Bahasa Jawa dapat di artikan mengaduk (proses mengaduk), munculnya kata ini karena proses pembuatan gudeg yang banyak dan menggunakan “centong/pengaduk” yang menyerupai dayung. Sejak saat itu, muncullah hidangan gudeg khas Yogyakarta sampai sekarang.
  2. Sate klathak, penamaan ini berasal dari bunyi sate pada saat di bakar, karena pada saat proses pemasakan sate, mengeluarkan suara klatak-klatak. Suara ini berasal dari tusukan sate yang berasal dari jeruji besi, yang mana fungsi besi ini adalah untuk mempercepat dan mematangkan bagian dalam dari daging yang dibakar, mengingat besi dapat menghantarkan panas.
  3. Brongkos, olahan sayur yang terbuat dari daging sapi. Masakan ini memiliki ciri khas penggunaan keluak atau kluwek dalam bahasa jawanya sebagai bumbu sayur berwarna gelap dan beraroma khas. perpaduan antara bahan danbumbu seperti daging sapi, kacang tolo, tahu, santan kelapa, cabe rawit, daun salam, daun jeruk purut, dan serai. Brongkos ini berasal dari kata “Brownhorst” dari campuran Bahasa Inggris dan Prancis yang berarti masakan daging yang berwarna coklat. Tapi karena susah pelafalanya, maka orang jawa menamainya brongkos.
  4. Kipo, merupakan jajanan yang terbuat dari beras ketan, kelapa muda parut, tepung ketan, daun suji, daun pandan, santan kelapa dan gula pasir yang kemudian diisi dengan unti (kelapa muda yang ditambah gila jawa) yang kemudian di letakkan di atas daun dan dibakar untuk proses memasaknya. Kipo merupakan jajanan yang berasal dari wilayah Kotagede, adapun kata Kipo berasal dari “iki opo” yang mengandung arti “ini apa”.
  5. Geplak, merupakan kudapan khas Yogyakarta yang terbuat dari gula kelapa, gula pasir, kelapa muda parut, tepung beras dan garam. Krunikan kudapan ini adalah sudah ada sejak jaman Kolonial Belanda abad ke 19. Geplak tercipta karena di Bantul banyak didirikan pabrik gula dan karena dekat pantai dengan hasil kelapa yang melimpah, maka terciptalah geplak sebagai pengganti makanan pokok pada saat itu.
  6. Yangko, merupakan makanan khas Yogyakarta yang terbuat dari santan kelapa, tepung maizena, kacang tanah, tepung ketan, gula pasir dan margarin. Yangko sudah ada sejak jaman Kolonial Belanda pada tahun 1921. Yangko berasal dari kata Kiyangko, namun karena sulit pelafalannya maka orang jawa menyebutnya yangko.
  7. Wedang ronde, ini adalah minuman khas yang memiliki fungsi sebagai penghangat tubuh karena salah satu bahan bakunya adalah jahe. Wedang ini merupakan akulturasi minuman khas dari China, tangyuan yang mana terbuat dari tepng ketan yang dicampur sedikit air, diberi isi, dibentuk bola lalu direbus. Itu juga ada di wedang ronde, bentuknya bulat, berwarna putih dan biasanya memiliki isi kacang.
  8. Wedang uwuh, merupakan minuman khas Imogiri. “uwuh” memiliki arti sampah, adapun diberi nama demikian karena bahan untuk membuatnya terlihat seperti kumpulan sampah ketika dicampur dalam satu gelas. Wedang ini memiliki banyak manfaat untuk kesehatan karena bahan-bahnnya terdiri dari rempah-rempah dan tanaman berkhasiat.

Dengan adanya makanan dan minuman khas yang ada di Yogyakarta, masing-masing memiliki magnet tersendiri bagi para pengunjung atau wisatawan.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

two × one =

Latest Comments