Komplek Makam Astana Utara yang merupakan lokasi dimana KGPAA Mangkunegara VI dimakamkan adalah sebuah site/situs yang didalamnya juga terdapat makam lainnya (makam keluarga) serta beberapa bangunan pendukung seperti masjid, pendopo, museum, dan bagunan-bangunan servis lainnya. Situs ini dilingkupi pagar keliling dan pada bagian inti (makam MN VI) dilingkupi cepuri (pagar keliling sisi dalam). Komplek makam dengan batasan pagar tersebut dikelilingi oleh jalan lingkungan perkampungan Nayu Kalurahan Nusukan. Bangunan disekitar situs cukup paat dengan fungsi utama sebagai kawasan permukiman.
Situs makam ini dapat dicapai melalui jalur dari persimpangan Tugu Keris lalu kemudian masuk ke jalan Nayu dimana ujung jalan ini akan bertemu degan gerbang makam. Jalan nayu sebagai akses utama menuju komplek makam lebih diidentikan sebagai koridor dimana ruang jalannya terdapat bangunan-bangunan berderet sepanjang kanan kiri jalan hingga pertigaan yang mempertemukan dengan gerbang makam.
Ada beberapa tempat di sekitar Astana Utara yang memiliki potensi wisata religi yang saat ini belum sepenuhnya digali dan dikemas sehingga mampu menjadi daya tarik yang kuat untuk dikunjungi, selain itu perkembangan kota yang sangat pesat seolah menjadikan tempat-tempat bernilai penting (outstanding value) tersebut semakin pudar.
Makam Putri Cempa yang berada di antara Jl. Popda dan Kali Anyar, tempatnya yg sangat terbuka dan sangat dekat dengan keramaian membuat suansa sakral sebuah situs makam seorang tokoh menjadi berkurang, selain itu situs ini sangat mudah diakses secara fisik tanpa ada zonasi dan orang dapat dengan mudah memanfaatkan ruang yang ada untuk kepentingan yang terkait dengan makam (ziarah).
Situs Petilasan Ki Ageng Pemanahan, juga berada di tengah keramaian tepatnya ada di halaman ruang parkir kendaraan pengunjung pasar ikan dan burung. Meskipun berada di bawah naungan pohon besar bertajuk lebar yang khas untuk sebuah tempat “wingit” pada umumnya namun bangunan pelingkup dan atribut situs petilasan lainnya seolah sulit dikenali sebagai tempat penting dan sakral. Disana hanya terdapat bangunan berupa shalter dengan lantai keramik dan pagar besi, dengan kondisi ini maka nilai sakralitas yang tercipta dirasakan kurang dan secara umum tempat tersebut oleh orang awam dianggap tidak begitu penting. Perlu upaya-upaya agar masyarakat secara umum mengetahui dan memahami nilai penting dari situs ini terutama jika diakaitkan dengan sejarah keberdaan Kerajaan Mataram sebagai cikal bakal Kasunaan dan Mangkunegaran.
Sendang Mbah Meyek, berada di tengah keramaian ruang publik yang terbuka maka situs sendang Mbah Meyek cenderung agak masuk ke dalam permukiman yang padat bangunan. Berwujud sebuah sumur tua bernaungkan pohon besar, pagar permanen, dan pelataran di sebuah sisinya nampaknya menunjukkan bahwa warga sekitar menganggap tempat tersebut penting dan sakral. Meskipun begitu dengan tanpa banyak atribut dan keterangan atau infografis lainnya maka bagi masyarakat secara umum tempat ini seolah hanya sebuah sumur biasa.
Masjid Sheikh Zayed Al Nahyan, bangunan ini bergaya arsitektur khas timur tengah yang sudah menjadi bahan perbincangan publik secara luas. Hal ini dikarenakan selain ukurannya yang besar dan megah masjid tersebut dianggap mirip dengan bangunan Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dabi sehingga nuansa timur tengahnya sangat kuat.
Untuk menjadikan Astana Oetara sebagai salah satu potensi destinasi wisata religi (minat khusus) maka diperlukan sebuah kajian guna mengkaji kemungkinan Makam Astana Oetara sebagai destinasi untuk meningkatkan daya tarik wisatawan mengunjungi Kota Surakarta. PT. Kirana Adhirajasa Indonesia, selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Dinas Pariwisata Kota Surakarta dan pihak yang telah membantu dalam penyusunan kajian pariwisata ini. Diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengembangan daya tarik wisata Kota Surakarta.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kajian atau konsultasi Pariwisata dapat menghubungi Admin kami di 081215017910.
No responses yet