mostbet az casinolackyjetmostbet casinopin up azerbaycanpin up casino game

Kemantren Mantrijeron

Kota Yogyakarta lahir dari rangkaian peristiwa sejarah di masa lampau. Hal itu menjadikan kota Yogyakarta memiliki banyak kisah-kisah sejarah baik mengenai asal-usul nama tempat maupun kisah perjuangan kemerdekaan. Di kawasan Kota Yogyakarta sendiri terdapat jejak peninggalan sejarah masa klasik (Mataram Kuna), Mataram Islam, Kolonial, Pergerakan nasional, dan revolusi. Yang tidak hanya menyajikan cerita sejarahnya saja, melainkan terdapat pula bangunan, tempat, bahkan kawasan yang menjadi saksi bisu terjadinya peristiwa tersebut. monumen atau tetenger dibangun untuk menjadikan penanda bahwa di lokasi tersebut pernah berlangsung sebuah peristiwa penting yang berpengarung bagi Kota Yogyakarta. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan kajian ini adalah sebagai berikut:

  1. Menginventarisasi monumen dan tetenger penanda bersejarah di Kota Yogyakarta.
  2. Mendokumentasikan monumen dan tetenger penanda sejarah yang ada di Kota Yogyakarta.
  3. Menggali latar belakang sejarah didirikannya setiap monumen dan tetenger penanda sejarah tersebut.

Adapun monumen/ tetenger yang berada di kawasan Kemantren Mantrijeron antara lain sebagai berikut:

  1. Aula SMAN 7 Yogyakarta, berlokasi di Jl. MT. Haryono No. 47. Tetenger ini berbentuk situs dan berklasifikasi sebagai landmark. bangunan ini merupakan peninggalan dari Ndalem Pugeran yang dibangun pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Bangunan ini sempat digunakan sebagai Rumah Sakit di daerah Pugeran pada masa pemerintahan Kolonial Belanda dan menjadi tempat kuliah bagi Fakultas Kedokteran UGM serta menjadi RS Akademik bagi UGM.
  2. Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran, berlokasi di Jl. Suryaden No. 63, Suryodiningratan. Tetenger ini berbentuk situs dan berklasifikasi landmark. pada masa revolusi, gereja ini digunakan sebagai tempat pengungsian dan perlindungan bagi penduduk sekitar Gereja Pugeran. Gereja juga dijadikan tempat rahasia antara para pejuanng gerilyawan perang kemerdekaan yang bergerak di dalam dan luar Kota Yogyakarta. Gereja ini bukan hanya sebagai tempat pengungsian, tetapi juga penghubung rahasia antara para pejuang baik dari dalam Kota Yogyakarta maupun luar Kota Yogyakarta. Peresmian prasasti pada 29 Juli 1984.
  3. Makam Gusti Arya Puger, berlokasi di Dusun Dukuh, Kelurahan Gendongkiwo. Tetenger ini berbentuk situs dan berklasifikasi sebagai landmark. makam ini dibangun atas wasiat dari Pangeran Puger, jika dirinya meninggal ingin dikubuekan di Dusun Dukuh. Ketika sedang berjalan-jalan ke daerah Dukuh, pangeran Arya Puger berkata kepada Abdi Dalem yang mengawalnya, jika dirinya meninggal nanti ingin dikuburkan di daerah tersebut.
  4. Masjid Tawangsari, berlokasi di Dusun Dukuh, Kelurahan Gedongkiwo. Tetenger ini berbentuk situs dan berklasifikasi sebagai Landmark. masjid ini dibuat ketika wasiat Pangeran Arya untuk dimakamkan di desa Dukuh. Masjid ini dibangun setelah pembangunan makam, yang berfungsi sebagai penyebaran Agama Islam. Tidak hanya itu, masjid ini juga digunakan oleh para pejuang sebagai pos para pejuang. Pada serangan Umum 1 Maret 1949, menjadi pos pejuang di bawah pimpinan Komarudin dan masa pemberontakan PKI masjid ini dijadikan tempat latihan beladiri bagi laskar pejuang.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Kata kunci: Konsultan pariwisata, penelitian pariwisata, kajian pariwisata

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

13 + 4 =

Latest Comments