KETAN LUPIS

Ketan lupis merupakan satu camilan yang populer di Yogyakarta yang berbahan dasar ketan putih yang dikukus menggunakan daun pisang yang berbentuk sumpil. Untuk menambah cita rasa, lupis disajikan dengan siraman gula jawa dan parutan kelapa diatasnya. Di yogyakarta sendiri lupis menjadi primadona camilan bagi banyak orang.

Lupis merupakan makanan legendaris yang sudah ada sejak zaman Belanda. Bentuk lupis ditentukan oleh bentuk bungkus yang digunakan. Awalnya Lupis berbentuk segitiga, atau biasa dikenal dengan “sumpil”. Selain berbentuk segitiga, di beberapa daerah sumpil ada yang berbentuk lontong. Lupis disajikan dengan taburan kelapa parut dan saus yang disebut “juruh” atau kinca. Mengikuti perkembangan zaman, kini lupis disajikan dengan topping dari kelapa yang diparut kasar. Hal itu yang meyakinkan bahwa Lupis sudah ada sejak zaman Belanda.

Untuk saat ini, Lupis tidaklah sulit ditemukan. Karena tersedia di pasar dan bahkan di pusat pembelajaran modern dengan harga yang sangat terjangkau.  Ada satu lupis legendaris yang sudah ada sejak tahun 1969 dan berhasil menjadia ikon makanan khas dari Yogyakarta, yaitu lupis Mbah Satinem yang berada di jl. Bumijo. Lupis sendiri bukan hanya ada di Yogyakarta, melainkan juga ada di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Lumajang, dan Jawa Timur.

Awalnya Lupis berbentuk segitiga dan dibungkus dengan daun pisang. Namun, di kota-kota besar sekarang sulit ditemukan daun pisang, maka dari itu sekarang diganti dengan menggunakan plastik sebagai bungkusnya. Tetapi, untuk diYogyakarta sendiri, khususnya di lapak Mbah Satinem masih mempertahankan unsur ke tradisional nya dengan masih membungkusnya menggunakan daun pisang dan untuk sausnya masih menggunakan kuah gula jawa atau biasa disebut guruh yang berasa segar dan manis karena berasal dari gula jawa berkualitas premium dan dimasak menggunakan tungku kayu bakar yang membuat rasa juruh sedap dan lembut karena dibungkus dengan daun pisang dan lupisnya sangat lembut.

Kini penerus jualan Mbah Satinem adalah anaknya, Bu Mukinem yang telah diajari memasak Lupis semenjak bangku sekolah menengah dan kini juga telah ikut berjualan. Dan kerap menggantikan Mbah Satinem berdagang ketika Mbah Satinem sakit dan tak bisa berjalan ke tempat pangkalnya.

Lupis sendiri memiliki makna filosofis yang terbagi menjadai tiga, yaitu dari bahan utama, warna beras ketan dan wadah daun pisang sebagai pembungkus dan rasa.

  • Bahan utama yang digunakan adalah beras ketan yang bersifat lebih lengket dari nasi, dalam bahasa jawa “kraket” dimana disini dimaknai lengketnya bulir beras ini menggambarkan persaudaraan atau kesatuan. Dimana di dunia ini manusia haru saling peduli, menghormati, dan memnghargai sehingga dapat merekatkan hubungan satu dan lainnya sehingga tidak mudah pecah belah.
  • Beras ketan yang berwarna putih, lebih putih dari beras biasa melambangkan kesucian dan kedamaian.
  • Daun pisang yang digunakan untuk membungkus makanan, dalam bahasa jawa “pincuk” yang artinya pinten-pinten cukup yang maknanya, diberi seberapapun rezeki yang didapatkan harus bersyukur. Warna hijau pada daun pisang melambangkan kearifan lokal dan kemakmuran. Daun pisang merupakan bagian dari pohon pisang, pohon pisang tidak akan mati sebelum berbuah yang maknanya manusia harus memberikan kebaikan kepada orang lain biarpun tidak ikut merasakan hasilnya.
  • Rasa manis yang diciptakan dari juruh berasal dari pohon aren. Gula aren memiliki makna dalam bahasa jawa yaitu leren yang artinya istirahat.mengingatkan agar manusia tidk mengejar kepentingan dunia saja, tetapi juga kepentingan akhirat serta memberikan pada tubuh untuk istirahat.

Selain itu, Lupis juga memilki fungsi sosial, dimana yang tadinya Mbah Satinem berjualan keliling, kini tidak perlu berkeliling lagi. Pada awalnyam Lupis Mbah Satinem tidak langsung mendapat sambutan baik dari masyarakat. Tetapi setelah pernah di beli Pak Soeharto dan pernah masuk film netflix pada tahun 2018 kini Lupis Mbah Satinem ramai pembeli. Baik warga masyarakat Yogyakarta maupun wisatawan yang hadir mereka rela antri demi Lupis Mbah Satinem. Karena daya tarik ini, kini Lupis Bukan hanya milik Mbah Satinem melainkan representasi budaya masyarakat Yogyakarta.

Ketan Lupis Mbah Satinem merupakan perwujudan apsporsi budaya pada Ketan Lupis pada umumnya. Yang kemudian dikembangkan oleh Mbah Satinem dengan mempertahankan kesederhanaan dan eksotisme kesederhanaan sehingga Ketan Lupis ini memiliki ciri khas yang berbeda. Selain itu, berkat berdagang Ketan Lupis ini, Mbah Sutinem berhasil menghidupi ketiga anaknya sampai sukses.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7 − six =

Latest Comments