KOPI JOSS

Kopi joss merupakan minuman khas yang terkenal di Yogyakarta. Kopi ini berbeda dengan kopi pada umumnya, kopi ini di seduh dari biji kopi yang ada di sekitaran Yogyakarta. Ciri khas dari kopi joss ini adalah penyajiannya dengan mencelupkan arang kedalam suguhannya, selain itu air rebusan untuk kopinya direbus menggunakan ketel yang dipanasi bara arang. Keunikan dari cara penyajian tersebut menjadikan kopi ini menjadi incaran wisatawan yang datang karena penasaran. Adapun minuman ini di beri nama kopi joss, karena ketika memasukkan arang terhadap gelas isi kopi, membunyikan suara “joss”.

Kopi  joss pertama kali di Angkringan Lik Man yang berada di utara stasiun tugu pada tahun 1968. Berawal dari masisnis yang memesan kopi dan langsung di buatkan oleh Lik Man dengan merebusnya di dalam ceret/panci/soblok/klotok lalu memasukkan arang kedalam gelasnya agar cepat matang. Perkembangan kopi joss sendiri melesat setelah 20 tahun, yakni pada tahun 1980 mulai banyak warga yang mengenal kopi joss Lik Man. Kopi ini viral karena keunikan Lik Man yang selalu ramah dan suka bercanda  kepada pengunjung, sehingga mereka betah berlama-lama disini. Selain menjajakan kopi joss, angkringan Lik Man juga menjajakan berbagai makanan titipan dari UMKM sekitar untuk membuka peluang usaha bagi warga yang ingin menitipkan dagangannya. Lik Man sendiri berasal dari Klaten yang ikut membantu ayahnya yang juga punya angkringan di Yogyakarta.

Persebaran kopi joss sudah ada di hampir seluruh daerah Yogyakarta. Setelah Lik Man menginovasikan jenis kopi joss, kini banyak angkringan yang menjual kopi yang serupa juga.berbagai pedagang dapat ditemukan di sepanjang jalan mangkubumi menuju Stasiun Tugu dan Selasar Malioboro. Selain itu, di sepanjang Jalan Kranggan juga terdapat beberapa angkringan yang menyediakan kopi joss. Lokasi Angkringan Lik Man sendiri berada di samping barat Stasiun Tugu, namun ketika ada penertiban dari pemerintah daerah, kini Angkringan Lik Man dan angkringan lain dipindahkan jadi berada di Selasar Malioboro.

Kini Lik Man sudah mempunyai dua cabang, yakni di Pasar Kranggan dan Klaten, sehingga kini Lik Man sudah mempunyai tiga angkringan. Dengan ini angkringan Lik Man mengalami perkembangan yang cukup pesat mulai dari pertama kali Lik Man berjualan. Berkembangnya kopi joss ini membuktikan bahwa kehadiran kopi joss dapat memberikan dampak baik terhadap masyarakat secara tidak langsung membudayakan ngangkring dan minum kopi joss di waktu sore dan malam hari yang dilakukannya secara berulang-ulang. Selain itu, kopi joss juga menjadi komoditas pariwisata karena bagi masyarakat. Yang mana banyak orang penasaran dengan keunikan dari kopi joss sehingga memutuskan untuk mengunjungi.

Kopi joss ini diciptakan dari ketidaksengajaan inovasi yang dibuat oleh Lik Man untuk memuaskan pelanggannya, baik masyarakat Yogyakarta maupun luar Yogyakata. Jadi, tidak ditemukan makna filosofis dari kopi joss ini.

Kopi joss sendiri dapat menciptakan fungsi sosial, yakni kini Lik Man mendapat julukan sebagai pelopor adanya kopi joss pertama di Yogyakarta. Hal tersebut merupakan bentuk pengakuan secara massal yang tidak formal karena konsistensinya berjualan kopi joss yang dilakukan dengan berinteraksi dengan masyarakat setiap harinya. Lik Man juga tetap mempertahankan cara pembuatannya dengan tradisional di era banyaknya cara modern. Yang mana hal ini menjadikan daya tarik masyarakat untuk mengunjunginya. Hingga saat ini kopi joss memiliki ruang tersendiri dalam hati masyarakat Yogyakarta maupun luar Yogyakarta. Terbukti banyaknya pedagang angkringan yang juga ikut menjajakan kopi joss Lik Man. Sehingga kini kopi joss bukan hanya milik Lik Man melainkan representasi kebudayaan Yogyakarta.

Selain itu, kopi joss Lik Man juga mempunyai fungsi budaya. Kebudayaan sendiri tidak hanya melekat pada objek, melainkan pada proses dan cara pandang kita memaknai sesuatu. Berawal dari Lik Man sebagai individu dalam realitas sosial, kopi joss memberikan dampak dan diakui sebagai identitas kebudayaan Yogyakarta. Hal ini terjadi karena cara pandang masyarakat terhadap kopi joss yang mewakilkan konteks budayanya terhadap warisan budaya tak benda.

Selain fungsi budaya, kopi joss juga mempunyai fungsi ekonomi. Sebagai komoditas, salah satu tujuan dari mendirikannya angkringan yaitu untuk memperoleh materi dari hasil jual untuk mensejahterakan kehidupan keluarganya dan juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi Lik Man dan penjual angkringan yang lain. Terbukti dengan Lik Man yang berhasil meghidupi keluarganya dengan baik dan bisa membuka cabang di tempat lain.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 × three =

Latest Comments