Kutip Bait Tembang Mijil
4. Mijil | ||
Bait | Alih Aksara | Terjemahan |
(1) | Mijil malih Kartasurapuri, langĕning kĕdhaton, panjĕnĕngan dalĕm ing samangke, kawiryawaning amukti sari, sarining cadhang sih, ngajaping rum-arum. | Kembali lagi di istana Kartasura. Hiburan di keraton, raja berikutnya keluhuran dan kebahagiaan yang indah. Keindahan menyediakan kasih. Mengharapkan yang harum-harum.
|
(2) | Ruming tilam rĕsmining dyah kadi, Jĕng Sri Nara Katong, katongtoning pra bĕndara kabeh, criyose (h. 20) kang Sinuhun puniki, baya wus nĕtĕpi, ing pangudangipun. | Bagaikan harumnya mahligai sang putri. Sang raja dipandangi para bendara semua. Ceritanya sang Sinuhun ini bagaimanpun telah menepati apa yang diharapkan ayahandanya. |
(3) | Kang rama Kangjĕng Sinuhun Swargi, darmane kinaot, mustajab kabul ing pandongane, wibawantya lir pamuwah lirning, tajuling pamuji, rama ngudang sunu. | Sang ayahanda Kanjeng Sinuhun Swargi perbuatan baiknya luar biasa, mustajab kabul setiap doanya. Kewibawaannya bagaikan kebaikan lainnya. Cahaya kerajaan, (adalah saat) ayahanda menggadang-gadang putranya. |
(4) | Benjang tĕmbe amuktiya sari, jumĕnĕnga katong, amĕngkua tanah Jawa kabeh, nadyan ing sabrang suyuda sami, anjajara putri, asĕlira sewu. | Besok kelak mengusahakan kebahagiaan dan keindahan. Bertahtalah menjadi raja. Kuasailah Tanah Jawa semua. Meskipun negeri seberang tunduk semua, nikahilah putri-putri mereka, beristrilah seribu. |
(5) | Mangkya kang Sinuhun angwasani, gĕnthaning lĕlangon, prĕnahe plataran ing wetane, dalĕming bĕndara pyayi-pyayi, ginĕntha kanthaning, banjĕng lajur-lajur. | Demikian sang Sinuhun menguasai. Genta taman terletak di halaman sebelah timur kediaman bendara priyayi-priyayi. Posisi genta, dalam garis teratur lurus. |
(6) | Jejere jĕjidaran pinrigi, gapura mrak winong, mubĕng kulingling pyayi dalĕme, tĕngah yasa kambang bangsal alit, gĕnthan denamani, nĕnggih purwa lulut.
(h. 21: kosong) |
Sebelahnya garis batas dari susunan tumpukan batu. Gapura dengan pohon winong yang cantik mengelilingi kediaman para priyayi, di bagian tengah bale kambang bangsal kecil. Genta dipelihara supaya menjadikan awal menyenangi. |
(7) | (h. 22) Lulut-lulut Sinuhun sring-asring, jĕnak alĕlangon, neng yasa kambang pura lulute, sare animbali numpu rĕsmi, rĕsmine denmimi, kang binangun turut. | Sinuhun menyenangi sering-sering dengan nyaman bersenang-senang di bale kambang istana favoritnya. Tidur memanggil bersama-sama memadu kasih. Pemadu kasihnya dipererat yang bangun bersama. |
(8) | Urut-urute kang pyayi-pyayi, gĕnah ing pakuwon, mawi (h. 23) nama atusan pyayine, manggung kĕtanggung wus dening malih, pĕlara lit-alit, ingkang taksih pinjung. | Urutannya para priyayi, jelas di pesanggrahan dengan nama ratusan priyayinya. Manggung, ketanggung, dan lagi pelara-lara kecil-kecil yang masih berkain tapih menutup dada. |
Baca juga : Destinasi Wisata Keindahan dan Sejarah Klenteng Hok Lay Kiong
Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di(0812-3299-9470).
No responses yet