Makna dan Fungsi Jangan lombok ijo

lombok ijo
  1. Nilai yang Terkandung Dalam Jangan Lombok Ijo

Secara filosofis masyarakat pedesaan Gunungkidul mengajarkan hidup penuh warna dan perjuangan. Hidup tidak selalu indah atau menyenangkan namun harus diperjuangkan dengan sekuat tenaga. Terlebih dengan kondisi geografis di kabupaten Gunungkidul yang sebagian bsesar adalah pertanian lahan kering dan pegunungan kapur. Jika diukur dari budaya Jawa yang diukur dari kehidupan agraris maka Gunungkidul masuk lahan gersang. Untuk mempertahankan hidup dan maju ke depan dibutuhkan perjuangan yang lebih. Meskipun memiliki tanah yang tandus dengan lahan pertanian kering mereka membuktikan mampu menyesuaikan dengan baik. Gambaran perjuangan masyarakat Gunungkidul pun dapat dilihat pada menu- menu  kuliner  yang  dimiliki,  termasuk  jangan  lombok  ijo.  

Hidup  tidak  selalu senang,  adakalanya  pedas  yang  disimbolkan  dengan  cabai  atau  lombok  dan bumbu-bumbu, ada kalanya gurih yang disimbolkan tempe dan bumbu-bumbu, ada kalanya kering dan juga basah. Perpaduan yang baik unsur-unsur tersebut akan menunmbuhkan persatuan yang membentuk sesuatu yang indah.

Demikian  pula  kehidupan,  tidak  hanya  bisa  berdiri  sendiri-sendiri  setiap unsur individu atau un komunitas kecil namun perlu dukungan dan harmonisasi dengan unsur-unsur lain sehingga membentuk satu kehidupan yang harmonnis sesua dengan budayanya.

  1. Fungsi Warisan Budaya Jangan Lombok Ijo

Lombok ijo merupakan tanaman pertanian  yang tumbuh pada lahan  yang kering atau kurang air. Hal itu sudah menjadi budaya karena memang hasil lahan pertanian yang satu di antaranya adalah lombok. Bagi masyarakat Gunungkidul sendiri  jenis  lombok  khususnya  lombok  ijo  cocok  untuk  ditanam  pada  lahan sempit amaupun yang luas dan kurang air. Hal itu sesuai dengan kondisi geografis di Kabupaten Gunungkidul yang berbukit dan tandus.

Ada beberapa fungsi warisan budaya yang berwujud jangan lombok ijo bagi masyarakat Kabupaten Gunungkidul, antara lain sosial, ekonomi, dan budaya.

a. Fungsi sosial

Fungsi sosial jangan lombok ijo bagi masyarakat Gunungkidul pada jaman dahulu hingga sekarang mampu menjadi sarana untuk berelasi dan berkomunikasi diantara mereka. Hal itu menurut Ibu Suminah bahwa pada jaman dahulu sistem su mbang menyumbang atau membantu terhadap tetangga masih banyak dilakukan dengan barang. Salah satu barang yang dijadikan alat membantu itu adalah hasil pertanian atau wulu wetune bumi pertiwi (hasil dari lahan pertanian). Fungsi sosial yang lain adalah setelah adanya komodifikasi yang dipelopori oleh Mbah Ta Pawiro dengan mendirikan rumah makan sega abang dan jangan lombok ijo, maka warung makan yang menyediakan menu kuliner tradisional jangan lombok ijo dapat dijadikan sarana untuk interaksi sosial bagi konsumen atau komunitas kelompok tertentu bahkan bagi mereka yang belum kenal sekalipun.

Sebagai tempat publik, warung makan mampu menyediakan media untuk bersosialisasi  bagi  pengunjug.  Selain  itu  secara  individu  warung  makan  sega abang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul untuk bertukar pikiran dan berelasi sosial walaupun mereka sebelumnya tidak saling mengenal.

Bagi  keluarga  atau  komunitas  social,  warung  makan  yang  menyediakan tempat yang nyaman juga dapat dijadikan juga alternatif menikmati kuliner yang khas sekaligus untuk mendekatkan hubungan kekeluargaan diantara mereka. Hal ini  sangat  dimungkinkan  karena  dewasa  ini  kegiatan  rutin  keseharian  dalam sebuah keluarga sering komunikasi akantetapi tidak terbangun dengan baik karena minimnya pertemuan diantara mereka. Dengan demikian keberadaan warung sega abang mampu memenuhi fungsi sosial bagi individu maupun suatu kelompok – kelompok atau lembaga – lembaga dalam masyarakat.

b. Fungsi ekonomi

Hasil pertanian masyarakat Gunungkidul yang berwujud lombok ijo dan diolah menjadi maskaan tradisional jangan lombok ijo mampu dijadikan sebagai komuditas bisnis bwernilai ekonomi yang tentu saja dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat baik petani maupun pengusaha warung makan. . Hal ini dibuktikan oleh keluarga mbah Ta Pawiro yang sejak membuka usaha sejak tahun 1926 secara turun temurun diwariskan hingga sekarang. Melalui perjalanan waktu, usaha warung sega abang dan jangan lombok ijo sampai sekarang sudah memasuki generasi ke empat. Secara fisik bahwa peningkatan kesejahteraan keluarga Bapak Purwanto dan Ibu Suminah sebagai pewaris generasi ke tiga dan Ibu Sutinah berenam saudara usahanya semakin maju.

Keluarga Ibu Suminah dan Bapak Purwanto mampu menghidupi keluarganya yang berjumlah 6 anak melalui usaha warung makan yang dibukanya. Dan saat ini usaha  warung  makan  yang  mereka  kelola  telah  diwariskan  kepada  keenam anaknya yang sudah berkeluarga. Keenam keluarga itupun secara bersama – sama mengelola dan mengembangkan usaha warung makan yang diwariskan dari orang tuanya.  Dari  usaha  tersebut  mampu  memberikan  lapangan  pekerjaan  atau membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitarnya.

c. Fungsi budaya

Dalam pengkajian tentang jangan lombok ijo di kabupaten Gunungkidul ternyata diperleh suatu data bahwa masyarakat Gunungkidul masih mempertahankan budaya mereka. Hal itu dapat dilihat bahwa nenu tradisional jangan lombok ijo masih bertahan sampai sekarang baik sebagai menu harian maupun menu kuliner tradisional khas Gunungkidul.

Sebagai hidangan pelengkap nasi baik nasi putih maupun nasi merah, sayur lombok ijo menjadi sajian yang sangat pas di lidah. Sayur lombok ijo dibuat seperti sayur lodeh dengan irisan cabai hijau dan tempe yang dipotong kecil-kecil kemudian dimasak dengan santan. Rasanya sangat gurih dan sedikit pedas. Selain itu, terdapat beberapa lauk-pauk yang kerap bersanding dengan menu utama, di antaranya daging sapi bacem, tempe bacem, babat bacem, wader goreng, ayam goreng, sayur brongkos, trancam dan sayur daun pepaya.

Baca juga: Perkembangan Jangan Lombok Ijo

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat. Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di 081232999470.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 − seven =

Latest Comments