Upacara utang tahunan merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Upacara ini diraykan oleh seluruh masyarakat, setiap keluarga yang ikut membawa sajian yang dibutuhkan pada saat upacara tersebut. keluarga yang merayakan berkumpul disuatu tempat yang telah disepakati sebagai tempat pelaksanaan upacrara ini atau di tempat upacara yang telah disepakati datuk.
Upacara utang tahunan adalah upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pondok Gelugur yang rutin diadakan setiap tahun. Upacara ini dilaksanakan dalam rentang waktu menyambut bulan Ramadhan atau pada saat Idul Adha. Menurut historis, upacara ini dilakukan sebagai suatu bentuk terimakasih kepada leluhur yaitu aum (harimau) terdahulu yang telah menjaga Desa Pondok Gelugur. Tradisi ini dibuat untuk aum untuk mendoakan agar masyarakat selalu dijaga. Dulunya tradisi dibuat untuk aum. Dulu datuk mempenyai hewan peliharaan berupa harimau yang menjaga desa mulai dari kebun ataupun hewan peliharaan, tapi kemudian harimau itu sakit dan mati. menurut kepercayaan masyarakat setempat, harimau itu tidak mati, melainkan berdampingan dengan masyarakat. Jadi dibuatlah tradisi ini untuk berterimakasih kepada harimau.
Tahapan pelaksanaan upacara ini adalah, pertama-tama orang yang akan ikut atau orang yang punya hutang datang menemui datuk sebelum upacara dimulai dengan membawa syarat ayam kampung serta purut kuning, lalu nanti ayam tersebut akan dipanggang oleh datuk atau warga sekitar yang membantu. Setelah selesai, ayam tersebut di letakkan di tempat yang telah ditentukan oleh datuk . selanjutnya tahapan terakhir adalah kemenyan yang sudah disediakan pada mangkok kecil yang nantinya akan dibakar pada saat akan memulai ritual doa yang dipimpin oleh datuk.
Dalam upacara ini, ayam yang digunakan harus dalam jumlah ganjil, karena ganjil dipercaya melambanngkan kemakmuran, kesejahteraan dan kedamaian. Adapun penggunaan pulut kuning (nasi kuning) adalah karena warna kuning merupakan warna keramat bagi masyarakat setempat pada jaman dahulu, yang melambangkan makna kekayaan dan kemakmuran. Pelaksaan upacara menggunakan pulut kuning yang disajikan kepadaleluhur ini dengan harapan agar masyarakat diberi kekayaan dengan hasil panen yang melimpah. Saat hasilnya melimpah, disitulah masyarakat merasakan kehidupan yang makmur. Nasi kuning juga melambangkan makna suatu pengharapan dalam kehidupan dan kedamaian, dimana kemudian nasi adalah sumber dari kehidupan.
Penggunaan telur dalam upacara ini melambangkan harapan dan kekuatan generasi. Telur dimaknai gambaran manusia, yang mana apabila dia berkembang dengan baik maka akan ada harapan ia akan tumbuh menjadi sesuatu yang diharapkan. Selain itu, telur juga memiliki makna simbol penyatuan yang dapat dilihat dari dalam telur yang memiliki warna kuning dan putih, keduanya diciptakan untuk saling melengkapi, seperti manusia yang diciptakan ada laki-laki dan perempuan yang nantinya akan melahirkan kekuatan generasi-generasi berikutnya. Telur juga bermakna sebagai bulatnya kehidupan mengajarkan kita supaya bersyukur atas kehidupan yang diberikan oleh Allah, dalam kehidupan ini kadang di atas dan kadang di bawah, kadang sakit kadang sehat, kadang bahagia dan kadang sedih.
Pembakaran kemenyan pada saat proses pemanjatan doa bermakna untuk memanggil para leluhur untuk memakan persembahan yang dipersembahkan, setelah itu akan dilakukan ritual meminta keselamatan dan meminta untuk dijauhkan dari bencana dan gangguan roh-roh jahat. Adapun simbol dan makna dari doa yang disampaikan pada upacara ini adalah proses penyampaian niat warga yang memiliki keinginan ataupun hutang yang akan disampaikan oleh datuk kepada leluhur yang menjaga kampung mereka dengan harapan agar doa atau niat mereka segera tersampaikan.
No responses yet