Masjid Kotagede yang pertama kali dibangun oleh Panembahan Senapati diperkirakan semula hanya tempat peribadatan yang berukuran kecil, kemudian diperbesar menjadi masjid agung atau masjid resmi kerajaan yang dilengkapi dengan makam (Winardi, 2020: 25). Masjid Kotagede yang terletak berada tidak jauh dari keraton, yang saat ini berada di selatan Pasar Kotagede merupakan masjid tertua di Yogyakarta (Sasongko dkk., 2015: 7). Dalam proses pembangunan Kotagede, Ki Ageng Pemanahan wafat dan dimakamkan di sisi barat Masjid Kotagede (Olthof, 2021: 87). Masjid Kotagede satu areal dengan makam-makam pendiri dan penguasa Mataram mempunyai keaslian arsitektur bangunannya yang agak bercorak Majapahit yang tidak berubah dari awal pembangunan hingga sekarang (Winardi, 2020: 25; Santosa, 2014:14; Sasongko dkk., 2015: 7).
Posisi bangunan Masjid Kotegede ini sempat ditinggal pada masa kepemimpinan Sultan Agung, yang memindahkan ibukota Mataram ke Kerta kemudian penggantinya Sunan Amangkurat I memindahkan lagi dari Kerto ke Plered tahun 1647 termasuk pendirian Masjid Agung (Sasongko dkk., 2015: 1). Arsitektur Masjid Kotagede termasuk “masjid demakan” atau prototipe Masjid Demak (dibangun sekitar abad ke-15) dengan menggunakan atap tumpang diujungnya terdapat mustaka serta berfungsi masjid makam. Bangunan utama Masjid Kotagede yang digunakan untuk sembahyang (sholat) seluas 15 x 14 meter, sementara ukuran mihrabnya 1,5 x 2 x 3 meter yang berfungsi sebagai tempat imam (memimpin sholat). Kelengkapan lain terdapat mimbar kuno yang berukuran 2 x 1,5 x 2,5 meter yang dipakai oleh khotib pada saat menyampaikan ceramah atau khutbah (Sasongko dkk., 2015: 10).
Dari waktu ke waktu bangunan Masjid Kotagede yang digerogoti usia dan diusik cuaca serta terkena bencana (gempa bumi), sehingga mengalami kerapuhan hingga kerusakan dari segi fisik bangunannya. Oleh karena itu, pada tahun 1850 M, Sunan Paku Buwana IX memperbaiki bangunan dan penambahan serambi masjid dan Sunan Paku Buwana X merenovasi Masjid Kotagede pada tahun 1926 M (Suwito dkk., 2015: 85-94). Hingga kini bangunan Masjid Kotagede berdiri tegak dan terawat dengan baik.
Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.
Kata kunci: Konsultan pariwisata, kajian pariwisata, RIPPARDA, Bisnis Plan.
Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470.
No responses yet