Menjelajahi Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Lore Lindu

Menjelajahi Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Lore Lindu – Taman Nasional Lore Lindu terletak di Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, sekitar 60 kilometer dari Kota Palu. Taman Nasional Lore Lindu memiliki luas 217.991,18 hektar atau sekitar 1,2% dari luas wilayah Pulau Sulawesi dan sebagian besar terdiri atas hutan pegunungan dan sub pegunungan serta sebagian kecil hutan dataran rendah. 

Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah No 108 Tahun 2015 sebagai perubahan atas Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Taman Nasional Lore Lindu dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan peningkatan konservasi alam, penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air, angin, panas matahari, panas bumi, dan wisata alam, pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar, pemanfaatan sumber plasma nutfah, dan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat. 

Sebelum menjadi Taman Nasional, UNESCO telah menetapkan Cagar Biosfer Lore Lindu yang memiliki tiga zona utama, yaitu area inti, zona penyangga, dan area transisi. Ketiga area ini memiliki fungsi sebagai (1) kontribusi konservasi lanskap, ekosistem, jenis, dan plasma nutfah; (2) meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan baik secara ekologi maupun budidaya; (3) mendukung kegiatan penelitian, pemantauan, pendidikan, dan pelatihan terkait konservasi dan pembangunan berkelanjutan. 

Taman Nasional ini memiliki panorama alam yang indah karena terletak di garis Wallace yang merupakan wilayah peralihan antara Zona Asia dan Zona Australia. Dengan bentang alam berupa gabungan danau, sungai, gunung, lembah, dan hutan, Taman Nasional ini menyimpan fauna dan flora endemik Sulawesi. Taman Nasional Lore Lindu terdiri dari gugusan Pegunungan Nokilalaki, Kona’a, Adale, Tumaru, Gimba, Rindi, Jala, dan Toningkolue. Selain itu, terdapat jantung Taman Nasional berupa Danau Lindu. 

Taman Nasional Lore Lindu menjadi rumah bagi habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi, yaitu anoa, rusa, tarsius, tarsius dian, tarsius kerdil, dan kera hitam. Sementara satwa lain berupa maleo, rangkong, elang Sulawesi, dan budidaya kupu-kupu. Terdapat sekitar 55 jenis kelelawar, 38 jenis tikus, 230 jenis burung, 31 jenis satwa endemik, dan 5 jenis bajing. 

Baca juga : Arsitektur Kontemporer dalam Desain Perkotaan

Flora yang terdapat di Taman Nasional ini terbagi menjadi tiga, yaitu hutan pegunungan rendah, hutan dataran rendah, dan hutan alphin. Hutan dataran rendah memiliki flora berupa rotan, gula aren, pohon pelangi, beringin, kepayang, dan tumbuhan lainnya. Sementara di hutan pegunungan rendah terdapat spesies anggrek, pohon resin, pohon uru, pakis, dan sebagainya. Kemudian, hutan alphin berada di ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut, dengan flora vegetasi hutan sekunder, seperti wanga, leda, dan pinus. 

Selain satwa, Taman Nasional Lore Lindu juga menyimpan situs pra-sejarah, seperti patung manusia, tong, dan berbagai macam bentuk yang menunjukkan adanya peradaban maju pada 3000 tahun sebelum masehi.

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di(0812-3299-9470).

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 + ten =

Latest Comments