mostbet az casinolackyjetmostbet casinopin up azerbaycanpin up casino game

Nilai-nilai Kearifan Lokal Tradisi Ngabumi di Situs Cagar Budaya Rawa Onomdi

Indonesia merupakan negar ayang memiliki banyak kebudayaan dan tradisi. Tradisi ngabumi merupakan ciri khas masyarakat petani di lingkungan Siluman Kelurahan Purwaharja. Tradisi ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan YME atas hasil panen yang bagus dan diberikan keberkahan. Tradisi ini diselenggarakan secara bersama-sama oleh para petani pada tanggal 7 suro (muharram). Awal mulanya ngabumi ini karena para leluhur di lingkungan Siluman percaya bahwa semua sumber daya alam yang ada di sekitar Pulo Majeti ini melimpah, sehingga perlu adanya timbal balik ke Tuhan. Selain itu dilaksanakan pula Kirab Pusaka Majeti, Jamasan Pusaka Majeti, Gelar seni budaya tradisional, Dzikir spiritual, dan Bubuka lawang 7.

Tradisi ngabumi dilakukan setiap satu tahun sekali setelah selesai panen raya. Tradisi yang dilakukan masyarakat lingkungan Siluman ini dilaksanalan selama dua hari, dengan susunan acara sebagai berikut:

  1. Hari pertama
  2. Kirab Tumpeng

Kirab tumpeng merupakan wujud syukur hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta. Selain itu juga berkaitan dengan hubungan antar warg, yakni mempererat persaudaraan antar warga, karena kekuatan utama masyarakat di era modern seperti ini bertujuan untuk kerukunan dan kedamaian. Kirab tumpeng dilaksanakan dengan mengarak tumpeng dan makanan lainnya untuk ditampilkan dalam acara ngabumi yang diiringi musik tradisional. Tumpeng ini nantinya akan diambil oleh masyarakat setelah acara hari pertama selesai.

  1. Tawassulan

Merupakan bentuk ibadah dengan memohon dan berdoa kepada Allah SWT. upaya bertawassul bagi umat Islam dilakukan untuk memenuhi hajat yang diinginkannya. Kegiatan ini dilakukan ketika kirab tumpeng sudah selesai, yakni mencapai lokasi ngabumi yang berada di sekitar pulomajeti lingkungan Siluman. Tawassulan dipimpin oleh Ustadz setempat berisi doa-doa kepada leluhur lingkungan Siluman.

  1. Jamasan (mencuci benda pusaka)

Proses pencucian pusaka menggunakan 7 sumber mata air dari lingkungan Siluman. Selanjutnya digosok dengan jeruk nipis sampai karatnya menghilang. Air ini dibawa oleh perwakilan warg ayang sudah ditunjuk panitia dan dibawa dalam kirab tumpeng. Biasanya wakil dari warga ini adalah remaja wanita.

Tujuan jamasan pusaka adalah tetap mempunyai rasa ikatan batik terhadap sejarah dan makna yang ada di balik benda pusaka sehingga jamasan pusaka tidak sekadar membersihkan dan merawat fisik benda pusaka saja, tetapi lebih penting adalah memahami segenap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Hari kedua

Hari kedua mrupakan acara puncaknya, yaitu hiburan. Kegiatan ini dilakukan untuk melestarikan kebudayaan masyarakat lingkungan Siluman. Pada rangkaian acara ini ditampilkan pencak silat, ronggeng dan dongdang ngabumi majeti.

Adapun nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi ngabumi ini antara lain:

  1. Nilai religius, ditunjukkan saat pembacaan doa dalam prosesinya, berfungsi meyakini dan percaya bahwa rezeki hasil panen bumi yang melimpah semua itu pemberian dari Allah SWT. ada dua nilai religius dalam tradisi ini, yaitu : ibadah antara manusia dengan Allah yang diperlihatkan dalam hal pembacaan ayat Al-quran, dzikir dan sholawat, serta pembacaan doa bersama ketika prosesi acara berlangsung. Yang kedua ibadah antara manusia dengan manusia lain ditunjukkan ketika saat makan bersama dan kemusian saling bertukar makanan antara para warga.
  2. Nilai gotong royong, terlihat pada saat pelaksanaan, warga saling bekerja sama dari bersh-bersih, mencari kayu bakar untuk masak, memotong kambing, memasak, mendirikan tenda dll. Semua dilakukan bersama demi kelancaran acara tersebut dengan suka rela hingga gotong royong ini menjadi ciri khas warga yang harus dipertahankan.
  3. Nilai toleransi, diambil dari kebiasan-kebiasaan baik yang dapat diwariskan pada generasi-generasi penerus serta sebagai pedoman hidup dalam beragama dan bermasyarakat guna mewujudkan sebuah kerukunan, kedamaian dan kesejahteraan yang makmur dan bahagia dalam hidup bersosial.
  4. Nilai kebersamaan, tradisi ini telah meberikan pelajaran bagi masyarakat setempat yang memiliki kepedulian sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan diwujudkan dengan pelaksanaan persiapan upacara tradisi ngabumi. Hal ini bermakna memiliki rasa kepedulian sosial dengan sesama serta setia kawan.
  5. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dalam adat kebiasaan dan tradisi yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkunga, negara dan Tuhan.
  6. Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan lam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Kata kunci: Konsultan pariwisata, penelitian pariwisata, kajian pariwisata

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Latest Comments

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.