Nilai Nilai Multikulturalisme Desa Pronojiwo Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang

Nilai adalah suatu keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan, maupun perilaku. Multikulturalisme adalah pandangan seseorang terhadap ragam kehidupan, ataupun kebudyaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman yang ada dalam kehidupan masyarakat. Dalam beberapa nilai multikultural terdapat indikator–indikator sebagai berikut: belajar hidup dalam perbedaan, membangun rasa saling percaya, menjunjung tinggi sikap saling menghargai, terbuka dalam berpikir, apresiasi, dan interdependensi. Tradisi ruwet desa ini memiliki banyak nilai-nilai di dalamnya seperti nilai gotong royong, nilai religius, nilai toleransi, nilai kerukunan, nilai budaya, dan nilai moral.

Desa Pronojiwo merupakan sebuah desa di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang dengan luas kurang lebih 620 hektare. Desa Pronojiwo merupakan desa yang memiliki sumber daya alam yang kaya, seperti adanya area penambangan pasir dan desa penghasil salak pondoh. Desa ini terdiri dari 7 Dusun, 14 RW, dan 41 RT. Di Desa Pronojiwo terdapat 4 agama yang dianut masyarakat, yaitu Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu mayoritas masyarakat Desa Pronojiwo beragama Islam. Walaupun memiliki perbedaan agama, masyarakat Desa Pronojiwo ini dapat hidup berdampingan. Selain ada beberapa agama yang dianut, di Desa Pronojiwo ini juga masih kental dengan budaya-budaya dan tradisi Jawa. Salah satu tradisi Jawa yang ditinggalkan nenek moyang, yaitu Ruwat Desa/Bersih Desa. Ruwat Desa merupakan upacara ritual atas rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang telah diperoleh dari bumi. Ruwat Desa ini masih banyak dilakukan di berbagai daerah, salah satunya di Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Ruwatan berasal dari kata ruwat atau ngarawat (bahasa Sunda) yang artinya memelihara atau mengumpulkan (Perwira, 2013). Makna dari mengumpulkan adalah mengajak masyarakat seluruh desa untuk mengumpulkan hasil buminya, baik yang masih mentah maupun yang sudah jadi atau dalam taraf pengolahan.

Di Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo dan sekitarnya, Ruwat Desa ini masih dipelihara dan dijalankan. Ruwat desa ini dilakukan pada bulan Suro karena mereka menganggap bahwa bulan Suro ini merupakan bulan yang baik/bulan yang istimewa untuk melakukan ritual menurut kejawen. Awal dilakukannya Ruwat Desa di Desa Pronojiwo ini, yaitu dulu telah terjadi kekeringan selama satu tahun lebih, tidak ada hujan. Sedangkan, mata pencaharian masyarakat setempat adalah menambang pasir dan bertani. Dengan terjadinya kekeringan itu, perekonomian warga menjadi terganggu. Untuk para penambang pasir, mereka tidak dapat bekerja karena sungainya kering, para warga Pronojiwo kemudian berharap agar hujan dapat turun dan terjadi banjir, sehingga pasir dari Gunung Semeru yang berlimpah dapat turun terbawa oleh banjir. Untuk para petani, mereka juga tidak dapat panen karena semua tanaman menjadi kering. Oleh karena itu, para sesepuh/nenek moyang kala itu melakukan Ruwat Desa agar tidak terjadi bencana lagi. Selain itu, Ruwat Desa ini dilakukan untuk menghormati orang yang membabat Pronojiwo/orang yang pertama kali datang di Ngadi Rejo (nama sebelum berubah menjadi Pronojiwo), yaitu Mbah Lanjar Walek.

Rangkaian acaranya terdiri dari mengarak gunungan (terdiri dari hasil bumi), kepala sapi (upacara untuk penguburan), kepala desa, camat, dan para petinggi lainnya juga diarak dengan berjalan kaki menuju punden (tempat makam dari pendiri desa Pronojiwo). Sebelum upacara untuk penguburan kepala sapi dimulai terlebih dahulu, ada doa lintas agama yang dihadiri oleh para tokoh agama (Islam, Hindu, Katolik, dan Kristen). Kegiatan Ruwat Desa ini dimulai dari balai desa dengan mengarak gunungan, kepala sapi, kepala desa, camat, dan para petinggi lainnya juga diarak menggunakan kereta, sedangkan staf desa, RT/RW, dan masyarakat lainnya berjalan kaki menuju punden. Setelah upacara penguburan sapi selesai, pada malam harinya terdapat pertujukan wayang, jaranan, yang dilaksanakan di balai desa serta dihadiri oleh warga setempat. Untuk hari berikutnya, terdapat acara pengajian umum dan santunan kepada anak yatim yang juga dilaksanakan di Balai Desa Pronojiwo. Serangkaian acara dari Ruwat Desa tersebut disambut dengan antusias oleh masyarakat Pronjiwo, hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyakarat yang hadir dalam berbagai rangkaian acara yang dilaksanakan, karena masyarakat setempat percaya bahwa Ruwat Desa ini dapat menghindarkan mereka dari malapeteka dan bersih desa ini juga merupakan ungkapan syukur atas rejeki yang melimpah yang telah diberikan Tuhan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *