Peusijeuk merupakan suatu amalan yang secara turun temurn dan tidak mungkin terhapuska, bahkan senantiasa mengiringi setiap upacara. Peusijuek merupakan upacara adat aceh yang bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, biasanya upacara ini dilakukan oleh masyarakat Aceh karena harapannya telah tercapai. Peusijuek adalah memercikkan air, menaburrkan beras dan sesajian. Unsur islam yang terdapat dalam tradisi ini adalah doa, silaturrrahmi, bersyukur dan bersedekah. Tradisi Peusijuek bukan hanya tradisi ritual saja,, tetapi juga sebagai bentuk komunikasi masyarakat dalam menjalin hubungan yang lebih baik.
Pada Tradisi Peusijuek terdapat beberapa nilai-nilai kearifan lokal, nilai tersebut dimaknai dari penyelenggaraan Tradisi Peusijuek adalah:
- Talam, mengandung makna bahwa orang yang di peusijeuk tetap bersatu dalam lingkungan yang ditinggalkan.
- Clok(calok), mengandung makna bahwa orang yang di peusijuek itu tetap berada dalam lingkungan keluarga (persatuan)dan berhemat.
- Sangee (tudung saji), mengandung makna diharapkan untuk mendapatkan perlindungan dari Allah SWT dari segala tipu daya yang menyesatkan.
- Beras padi, mengandung makna bahwa orang di peusijuek semakin tua semakin berilmu, juga merupakan makan pokok atau benih untuk menghasilkan.
- Tepung tawar, mengandung makna bahwa tepung berwarna putih merupakan perlambang kebersihan dan kesejukan jiwa bagi ornag yang di peusijuek.
- On manek-mano, mengandung makna bahwa sesuai dengan deretan bunga diharapkan digalang persatuan dan kesatuan serta keteraturan.
- On sijuek, mengandung makna obat penawar atau kesejukan meresap kalbu.
- Naleung samboe, mengandung makna dengan sifatnya yang kokoh sulit untuk dicabut, pelambang sebagai kekokohan pendirian dan etika, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun agama.
- Ubu leukat, mengandung makna zat perekat, pelambang sebagai daya tarik untuk tetap meresap dalam hati orang yang di peusijuek semua ajaran dan nasihat ke jalan yang diridhai Allah SWT.
Selain nilai kearifan lokal, terdapat juga nilai toleransi, karena Tradisi Peusijuek merupakan produk budaya atau islam budaya yang bagi sebagian masyarakat telah menganggap dan menjadikannya bagian dari Islam. Selain itu, terdapat pula nilai religi dalam Tradisi Peusijuekyang mencirikan dua hal, yaitu hasil dari masa hindu budha dengan islam, dimana pada prosesnya mengunakan banyak makanan yang pada masa hindu budha dijadikan sebagai sesaji dan diadopsi pada masa islam untuk sedekah makanan. Tradisi Peusijuek diykini dan beroperasi menjadi sebuah kepercayaan masyarakat yang secara keagamaan hal tersebut bukan sepenuhnya murni berasal dari ajaran agama.
Menurut kepercayaan masyarakat Aceh mengenai Tradisi Peusijuek yang sudah menjadi budaya yang terus dipertahankan, Tradisi Peusijuek mengandung nilai-nilai agama yang sangnat filosofis sehingga Tradisi Peusijuekdianggap sakral dan wajib dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang diyakini perlu adanya peusijuek. Bahkan ada yang menganggap bahwa peusijuek dianggap amalan agama yang tidak boleh ditinggalkan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat islam. Bila meninggalkannya akan ditimpa musibah atau tidak ada keberkatan dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya.
Nilai kerjasama yang diperoleh dari Tradisi Peusijuek yaitu masyarakat menganal adanya unsur kegotong-royongan dalam kegiatannya tersebut yang tercermin dari hal masak-memasak oleh para tetangga sekitar dan saling bantu membantu menyukseskan acara. Tujuan diadakannya Tradisi Peusijuek adalah untuk membangun silaturrahmi dengan kerabat maupun keluarga. Disinipun terdapat nilai sosial, yakni Tradisi Peusijuek merupakan salah satu kesempatan berkumpulnya anggota keluarga, kerabat, dan warga setempat dari berbagai lapisan sosial yang menandakan bahwa terjalinnya rasa sosial diantara mereka yang tinggim seperti saling menghormati dan menghargai serta melakukan sedekah terhadap sesama.
No responses yet