Indonesia merupakan negara kaya yang mempunyai keindahan dan keanekaragaman alam dan budaya yang tersebar di berbagai pulau dan suku bangsa. Diantara kehidupan dan kearifan budaya yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi modern, salah satunya tampak dalam hal peralihan aktivitas dan penggunaan peralatan tradisional ke modern. Seperti halnya aktivitas perajin dan perlatan dari gerabah.
Gerabah dalam hal ini adalah tanah liat yang dibakar, akibat proses pembakaran, tanah liat berubah warna menjadi merah. Produk yang dihasilkan dari bahan tanah liat yang dibakar dan berwarna merah dapat digolongkan sebagai gerabah atau tembikar. Proses pembakaran gerabah ini dengan suhu pembakaran 350-1000 derajat celcius. Pada perkembangannya kerajinan tanah tersebut beraneka ragam bentuknya.
Salah satu sentra industri gerabah yang masuk kawasan wisata di Kabupaten Klaten, jawa tengah. Apabila kita masuk ke wilayah esa Wisata Melikan Bayat maka akan terlihat berderet show room yang memamerkan aneka herabah. Gerabah tersebut merupakan buatan para pengrajin penduduk desa wisata Melikan Bayat, apabila kita masuk di tengah kampung maka akan terlihat banyak perempuan sibuk membuat gerabah. Mereka menggunakan alat tradisional yang dikenal dengan sebutan perabot dengan terampl dan cekatan. Sementara itu, ditempat lain terlihat pula seorang pria sedang menginjak-injak tanah liat untuk dijadikan bahan pembuat gerabah.
Keramik atau gerabah merupakan peninggalan budaya yang cukup tua dalam sejarah kebudayaan manusia. Oleh karena itu, pada zaman dahulu gerabah sangat pentinng kegunaannnya dalam pemenuhan peralatan rumah tangga, terutama pada masa-masa kerajaan di wilayah Jawa Tengah.
Proses produksi gerabah di Jawa Tengah pada sebagian masyaraat di Jawa Tengah telah banyak mewarnai kehidupannya sejak lama. Hal itu dikarenakan kerajinan gerabah banyak menghiasi isi rumah tangga maupun hiasan yang berfungsi untuk mempercantik rumah. Pada masa kejayaan gerabah, banyak orang tertarik untuk menggantungkan hidup dari kerajinan tersebut. namun seiring membanjirnya produk dari bahan plastik, banyak orang yang meninggalkan gerabah.
Seiring dengan kurangnya minat dan berkurangnya penggunaan gerabah maka pengetahuan generasi muda akan proses dan penggunaan gerabah dalam kehidupan sehari-hari akan luntur, makna dan fungsinya bagi generasi muda semakin tidak mengetahui. Disisi lain, hasil kerajinan gerabah tanpa sentuhan inovasi dan kreasi tidak dapat dipakai sebgaai gantungan hidup, karena dalam pembuatan gerabah sendri pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua hal yang benar-benar harus diperhatikan oleh pengrajin, yaitu ketersediaan bahan dan gerabah.
Masyarakat desa wisata Melikan ini mempunyai teknik yang unik dalam pembuatan gerabah, yakni dengan teknik menggunakan putaran miring. Dalam teknik ini diperlukan suatu lempengan bundar yang terbuat dari pohon waru yang diikatkan ke tangkai roda putar sehingga membuat lempengan tersebut dalam posisi miring sebelum nantinya digunakan oleh masyarakat dalam pembuatan gerabah. Pelestarian pembuatan gerabah dengan teknik ini dahulu dibuat oleh para orang tuas, akan tetapi sekarang sudah dikerjakan oleh anak muda. Anak-anak kecil juga tak kalah mahirnya dalam mengoperasikan putaran miring dan disaat waktu luangnya mereka gunakan untuk membantu orang tuanya untuk membuat gerabah.