Sistem pengelolaan ekowisata secara terpadu diperlukan untuk membangun ekowisata yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Sistem ini melibatkan adanya sistem perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang mampu mengintegrasikan semua kepentingan stakeholders, seperti: pemerintah, masyarakat lokal, pelaku bisnis, peneliti, akademisi, wisatawan maupun LSM. Tanggung jawab masing-masing stakeholders bervariasi. Pemerintah bertanggung jawab dalam koordinasi pembuatan perencanaan, pembuatan kebijakan-peraturan, zonasi, dan pembangunan lokasi ekowisata tersebut. Selain itu, pemerintah juga bertanggung jawab untuk pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, sarana telekomunikasi, sarana air bersih, dan system pembuangan sampah. Stakeholders lain juga memiliki tanggung jawab masing-masing yang sesuai dengan prinsip bahwa perencanaan harus juga memperhatikan dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan ekowisata, baik secara ekonomi, ekologi maupun sosial budaya.
Selain itu perencanaan juga harus dapat memberikan rambu-rambu agar manfaat kegiatan ekowisata dapat dinikmati secara optimal oleh semua pihak dan dampak negatif dapat diminimalkan. Dari aspek ekologi, perencanaan pengukuran daya dukung lingkungan sangat penting sebelum lokasi dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Daya dukung lingkungan akan mempresentasikan kemampuan lingkungan untuk mendukung kegiatan ekowisata seperti penyediaan air bersih, penataan lahan dan keanekaragaman hayati yang dimiliki daerah ekowisata. Daya dukung lingkungan untuk pariwisata akan berkaitan dengan jumlah wisatawan yang dapat berkunjung ke lokasi ekowisata tersebut, fasilitas ekowisata yang dapat dibangun dan masalah sampah yang muncul dari kegiatan ekowisata. Selain itu, bahan material yang dipergunakan dalam pembangunan fasilitas wisata merupakan produk lokal dan tidak dalam intensitas yang sangat besar. Secara ekonomis, suatu perencanaan pengembangan ekowisata harus memasukkan perhitungan biaya manfaat dari pengembangan ekowisata. Dalam perhitungan biaya dan manfaat (Cost Benefit Analysis) tidak hanya dijelaskan keuntungan ekonomis yang akan diterima oleh pihak terkait namun juga biaya yang harus ditanggung seperti biaya konservasi atau preservasi lingkungan. Tentu saja jangka waktu yang diperhitungkan dalam perhitungan dapat bervariasi sesuai dengan kesepakatan semua stakeholders yang terkait. Sedangkan secara sosial budaya, perencanaan harus memasukkan kondisi sosial budya lokal masyarakat yang dapat dikembangkan dalam kegiatan ekowisata serta kemungkinan dampak negatif yang akan diterima dan cara mengatasinya. Keberhasilan ekowisata tergantung pada beberapa hal, yang dapat dibagi menjadi tiga faktor utama yaitu faktor internal, eksternal dan struktural. Faktor internal dapat diklasifikasikan seperti potensi daerah untuk pengembangan ekowisata, pengetahuan operator ekowisata tentang pelestarian lingkungan dan partisipasi penduduk lokal.
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor kunci yang berasal dari luar lokasi ekowisata tersebut, seperti kesadaran wisatawan akan kelestarian lingkungan, kegiatan penelitian/pendidikan di wilayah ekowisata untuk kepentingan kelestarian lingkungan dan masyarakat lokal. Sedangkan faktor struktural adalah faktor yang berhubungan dengan kelembagaan, kebijakan dan regulasi pengelolaan kawasan ekowisata (tingkat lokal, daerah, nasional dan internasional). Ketiga faktor kunci keberhasilan ini di sisi lain dapat menjadi kendala bagi pengembangan ekowisata.
Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.
Kata kunci: Konsultan pariwisata, kajian pariwisata, RIPPARDA, Bisnis Plan.
Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470.
No responses yet