Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat

Industri pariwisata saat ini menjadi salah satu industri yang mempunyai peran cukup penting dalam pembangunan nasional berbagai negara. Di tahun 2017, secara global industri pariwisata telah mengubah kehidupan jutaan orang melalui mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mempercepat pembangunan serta penguatan toleransi (Crotti & Misrahi, 2017). Kondisi yang sama juga terjadi di Indonesia di mana sektor pariwisata pada tahun 2016 menunjukkan perkembangan dan kontribusi yang terus meningkat dan semakin signifikan terhadap Product Domestic Brutto (PDB) nasional sebesar 4,03% atau senilai Rp. 500,19 triliun, dengan peningkatan devisa yang dihasilkan mencapai Rp. 176-184 triliun dan tenaga kerja pariwisata sebanyak 12 juta orang (Kementrian Pariwisata, 2016).

Melihat pada potensi tersebut, pengembangan pariwisata mulai menjadi salah satu program unggulan dalam pembangunan daerah. Pembangunan pariwisata yang direncanakan dan dikelola secara berkelanjutan dengan berbasis pada masyarakat akan mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menciptakan lapangan kerja. Di samping itu, pembangunan pariwisata juga dapat menciptakan pendapatan yang dapat digunakan untuk melindungi dan melestarikan budaya dan lingkungan dan secara langsung menyentuh masyarakat setempat.

Terkait dengan pengembangan pariwisata, Page (2009)4 menyebutkan setidaknya terdapat 5 (lima) pendekatan dalam pengembangan pariwisata yaitu:

  1. Boostern approach. Pendekatan ini merupakan pendekatan sederhana yang menjelaskan bahwa pariwisata sebagai suatu akibat yang positif bagi suatu tempat berikut penghuninya. Namun demikian, pendekatan ini tidak melihat adanya pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan daya dukung wilayah tidak dipertimbangkan secara matang.
  2. The economic industry approach. Pendekatan pengembangan pariwisata lebih menekankan pada tujuan ekonomi daripada tujuan sosial dan lingkungan, serta menjadikan pengalaman dari pengunjung dan tingkat kepuasan pengunjung sebagai sasaran utama.
  3. The physical spatial approach. Pendekatan pengembangan pariwisata ini mengacu pada penggunaan lahan geografis dengan strategi pengembangan berdasarkan prinsip keruangan (spasial). Misalnya pembagian kelompok pengunjung untuk menghidari konflik antar pengunjung.
  4. The community approach. Pendekatan pengembangan pariwisata yang menekankan pada pelibatan masyarakat secara maksimal dalam proses pengembangan pariwisata.
  5. Sustainable approach. Pengembangan pariwisata dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan atau kepentingan masa depan atas sumber daya serta dampak pembangunan ekonomi terhadap lingkungan.

Penelitian ini bertujuan merumuskan model pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Hal ini mengacu pada masih rendahnya keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Dengan pendekatan berbasis masyarakat ini diharapkan munculnya sense of belonging masyarakat dalam sektor pariwisata yang pada akhirnya memacu partisipasi masyarakat dalam pengembangan sector pariwisata.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di 081232999470.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5 − four =

Latest Comments