Aktivitas mobilitas manusia berkaitan erat dengan sejarah panjang perkembangan transportasi. Seiring dengan kemajuan teknologi transportasi berubah untuk memudahkan manusia dalam menggunakannya. Berdasarkan sudut pandang ekonomi, keberadaan sarana transportasi berperan dalam terwujudnya kepentingan umum, kemajuan daerah, serta tidak dapat dipisahkan dari program pembangunan daerah. Beberapa daerah di Indonesia masih terdapat berbagai jenis transportasi tradisional, salah satunya adalah becak.
Keberadaan becak tradisional di Yogyakarta secara komprehensif diatur dalam Perda DIY Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Moda Transportasi Tradisional Becak dan Andong yang mencakup aturan berbagai aspek yang mampu mendukung keberlangsungan becak tradisional meliputi aspek keselamatan, pelestarian, penyelenggaraan dan penataan. Alasan becak tradisional masih dipertahankan di Yogyakarta karena becak tradisional harus tetap dipertahankan karena menjadi identitas lokal budaya jawa. Selain itu, keberadaan becak ini merupakan upaya mewujudkan pariwisata berbasis budaya karena becak masih menjadi salah satu bagian dari kepariwisataan Kota Yogyakarta.
Dalam sektor pariwisata, keberadaan pengemudi becak tidak dapat dilepaskan dari para penjual kerajinan, penjual makanan, penjual oleh-oleh, pemandu wisata, serta para abdi keraton. Becak tradisional di Kota Yogyakarta masih digunakan oleh para pengemudi sebagai sarana dalam mencari nafkah. Oleh karena itu upaya pelestarian pengemudi menjadi salah satu aspek yang diperhatikan karena mampu menentukan keberlangsungan dari transportasi becak tradisional.
Pengemudi becak tradisional di kawasan Malioboro tergabung dalam satu paguyuban. Dalam kawasan Malioboro sendiri terdiri dari beberapa paguyuban becak tradisional yang berbeda dan memiliki pangkalannya masing-masing. Tujuan dibentuknya paguyuban ini adalah untuk menjalin hubungan kekerabatan antar anggota pengemudi becak.
Kawasan Malioboro yang strategis memberikan peluang bagi para pengemudi becak untuk memperkenalkan sekaligus mengantarkan wisatawan menuju destinasi wisata lain dalam kota Yogyakarta. Keberadaan becak tradisional di kawasan Malioboro mampu menjadi alternatif yang dapat digunakan wisatawan untuk mengakses destinasi wisata lain dalam lingkup kota. Para pengemudi becak tidak hanya berperan sebagai operator becak saja, tetapi juga sebagai informan bagi para wisatawan yang menggunakan transportasi becak. Adanya informasi mengenai berbagai destinasi wisata unggulan kepada para wisatawan memberikan dampak pada peningkatan potensi kepariwisataan kota Yogyakarta, seiring dengan pemberian layanan transportasi oleh pengemudi becak di kawasan Malioboro.
Beberapa paguyuban becak menjalin kerja sama dengan pelaku usaha. Mereka menjadi mitra yang mampu mendatangkan pelanggan. Atas dasar kerja sama tersebut, maka dalam menawarkan jasa transportasi becak para pengemudi juga menawarkan atau memberikan informasi kepada para wisatawan, khususnya mereka yang sedang mencari penginapan ataupun oleh-oleh. Nantinya pengemudi becak akan mendapatkan bonus atau upah dari pelaku usaha yang bekerja sama karena telah mendatangkan pelanggan.
No responses yet