Perkembangan Pendidikan Di Yogyakarta

Dulu Yogyakarta termasuk daerah yang tertinggal dalam dunia pendidikan jaman kolonial. Pada tahun 1831 belum ada sekolah disini. Saat itu, sekolah terdekat adalah sekolah dasar Belanda (ELS) di soeracarta. Baru pada tahun 1897 di Yogyakarta dibuka sekolah guru yang pada saat itu banyak peminatnya. Bahkan dari lowongan hanya tersedia untuk sembilan orang, tetapi yang mendaftar mencapai 220 kandidat. Sekolah guru ini resmi dibuka pada 7 april 1897. Dengan berdirinya sekolah guru ini, menjadi penanda era baru pendidikan di Yogyakarta.

Pada masa colonial ini, dalam bidang pendidikan Pemerintah Belanda menjalankan politik pemisahan (segretion), yaitu politik diskriminasi ras yang terbagi menjadi tiga golongan; Belanda, Timur Asing (China), dan Pribumi. Adapun pembagian pendidikannya dibagi menjadi tiga jenjang, yaitu; pendidikan dasar, pendidikan menengah umum dan pendidikan kejuruan.

  1. Pendidikan dasar

Disini, terdapat sembilan jenis sekolah untuk golongan yang berbeda-beda, yaitu:

    • Europeesche Lagere School (ELS), yaitu sekolah dasar khusus anak-anak Belanda dan anak-anak Indonesia yang orang tuanya berpangkat tinggi.
    • Sekolah Kelas I (Eerste Inlandse School), yaitu sekolah denganbahasa Belanda yang diberikan sejak kelas 3 sampai kelas 5.
    • Holland Inlandse School (HIS), yaitu perubahan dari sekolah Kelas I pada tahun 1914 dan merupakan bagian dari sekolah Barat.
    • Hollandsch Chinesche School(HCS), yaitu sekolah khusus bagi anak-anak Cina yang tidak mendapat tempat di sekolah pemerintah.
    • Sekolah Kelas II, sekolah ini diselenggarakan melalui beberapa tahap, yaitu;
      • Tahap pertama (1901), pada tahap ini mulai banyak sekolah kelas II bagi segala lapisan masyarakat tanpa melihat keturunan.
      • Tahap kedua (1903), Muhammadyah mulai menambah sekolah kelas II dan memperpanjang satu tahun sampai kelas 5.
      • Tahap ketiga (1907), sekolah Kasultanan dan sekolah Pakualaman mulai didirikan pada masa HB VII. Sekolah-sekolah tersebut berada di tiap kawedanan dan kapanewon di luar kota.
      • Tahap keempat (1919), pada tahun ini sampai 1942 sekolah-sekolah di Yogyakarta berjumlah 13, belum termasuk yang berada di kabupaten-kabupaten.
    • Volkschool, sekolah ini biasa disebut sekolah rakyat atau sekolah desa dan resmi berdiri pada tahun 1907. Kemudian mengalami perubahan dengan tujuan untuk memberi kesempatan lebih luas bagi mereka yang akan meanjutkan pelajaran.
    • Velvolgschool, yaitu sekolah-sekolah yang termasuk Kelas II dalam perkembangan selanjutnya ditambah menjadi 4 atau 5 tahun. Sekolah ini biasanya berdampingan dengan sekolah-sekolah desa, sedangkan sekolah-sekolah Bumi Putera kelas II tetap hidup terus.
    • Schakelschool, sederajat dengan HIS dan menampung tamatan
    • Sekolah Dasar Sejenis.
  1. Pendidikan Menengah Umum
    Ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
  • MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), merupakan sekolah lanjutan HIS yang secara resmi dibuka pada tahun 1914. Sekolah ini lepas dari Sekolah Dasar Belanda dan berdiri sendiri. Reorganisasi ini membawa perubahan penting, yaitu:
    • Sekolah yang semula hanya untuk anak-anak belanda saja, kemudia terbuka bagi anak-anak Indonesia yang telah tamat HIS.
    • Kursus yang merupakan sambungan dari sekolah rendah Belanda dan memberikan pengajaran akhir, kemudian diubah menjadi bagian bawah sekolah kejuruan menengah dan menjadi bagian dari pengajaran menengah.
  • Algemene Middlebare School (AMS), merupakan sekolah yang lebih tinggi dari MULO. Sekarang sekolah ini dikenal dengan Sekolah Menengah Atas.

3. Pendidikan Kejuruan
Terdiri dari:

  • Sekolah pertukangan
  • Sekolah teknik
  • Sekolah dagang
  • Sekolah kejuruan wanita
  • Sekolah guru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *