Desa Jimbung adalah desa yang terletak di sebelah Selatan Kota Kabupaten dan merupakan desa topografis dataran rendah / desa pertanian . Sehingga Desa Jimbung kalau dikembangkan strategis menjadi desa kawasan DESA WISATA. Desa Jimbung Kalikotes Kabupaten Klaten memiliki potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan ekonomi beragam yang dapat dipakai modal dalam mengembangkan desa wisata. Berbagai potensi sumber daya bisa menjadi kekuatan dan peluang untuk pengembangan desa wisata unggulan di kabupaten Klaten.
Di Desa Jimbung Kalikotes terdapat beberapa destinasi unggulan berupa Jimbung Tebing Gebyog, Wanarejo Wana Wisata, Taman Bulusan dan wisata Budaya Kirab Ketupat. Dibalik potensi yang ada perlu pengelolaan dan penanganan yang khusus agar potensi tersebut berdampak positif terhadap masyarakat desa. Berbagai upaya pengelolaan potensi Desa Jimbung Kalikotes untuk dikembangkan sebagai desa wisata unggulan masih dijumpai kendala sebagai berikut :(1) kondisi beberapa lahan desa masih terlihat gersang dengan kontur tanah miring (2) perlu dilatih dan ditingkatkan kemampuan komunitas warga desa terutama pemuda desa terkait spirit wirausaha basis nilai-nilai kearifan lokal (3) perlu diperbanyak peralatan kesehatan sesuai protokol kesehatan pandemi Covid-19 dan perilaku hidupsehat di area desa wisata.
Masalah yang terjadi belum Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, yang dimiliki belum terkelola dengan baik dimana sehingga usaha BUMDES belum dapat optimal meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Laporan keuangan belum disajikan dengan baik dan terpisah, yaitu dimana neraca dan pertanggung jawaban pengurusan BUM Desa itu terpisah dengan neraca dan pertanggungjawaban pemerintah desa, Itu artinya, bahwa pengelolaan BUM Desa itu terpisah dengan pengelolaan pemerintah desa. Sehingga bias di simpulkan Pengertian BUM Desa yang tepat adalah badan yang dibentuk atas inisiasi masyarakat dan/atau pemerintah desa untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Di desa ini juga terdapat beberapa obyek wisata yang sarat akan nilai dan cerita daerah antara lain :
Sendang Bulus Jimbung.
Sendang (bahasa jawa untuk mata air) Bulus Jimbung terletak di dukuh Jimbung Guo. Di dalamnya terdapat dua pemandian, yaitu Sendang Lanang dan Sendang Putri. Sendang ini akan ramai dikunjungi sebelum bulan Ramadhan menjelang, wisatawan baik lokal dari dalam daerah maupun luar daerah berebut untuk dapat melakukan tradisi padusan atau tradisi menjernihkan diri/membilas diri sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Sendang ini pun sarat akan cerita daerah, dimana dipercaya sendang ini terbentuk karena pukulan tongkat Raja Jimbung. Raja Jimbung memiliki nama lain, Raden Patohwan, mengutuk Ki Poleng dan Ki Remeng menjadi bulus karena mereka terus menghina Raden Patohwan setelah mereka kalah dalam pertempuran melawannya.
Masjid Agung Kauman Jimbung.
Masjid Agung Kauman teletak di dusun Kauman, desa Jimbung. Masjid ini meruakan masjid peninggalan seorang penyiar agama Islam di Klaten setelah periode Wali Songo. Masjid yang berusia ratusan tahun ini telah direnovasi beberapakali dan telah ditetapkan sebagai situs Cagar Budaya oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.
Masjid ini juga berdekatan dengan lokasi peninggalan lainnya, diantaranya adalah makam Panembahan Rama. Panembahan Rama (Panembahan Agung Kauman atau Panembahan Maulana Mas) konon adalah cikal bakal dari seluruh wangsa atau trah Kajoran di pulau Jawa. Menurut Babad Tanah Cirebon, dia adalah murid dari Sunan Gunungjati dan menikahi dua orang, yaitu Putri Sunan Pandanaran II (Sunan Tembayat) yang bernama Nyai Ageng Panembahan Agung dan Nyai Ageng Biting, janda dari Ki Ageng Biting asal Pajang.
Makam Panembahan Rama Kajoran dan Makam Panembahan Agung Kauman Jimbung
Makam Panembahan Agung Kauman yang terletak di dekat area Masjid Agung Kauman merupakan salah satu tempat ziarah bagi masyarakat, khusunya masyarakat setempat. Makam ini akan ramai dikunjungi oleh peziarah di malam Jum’at Kliwon karena ada beberapa lapisan masyarakat yang melakukan ritual doa-doa.
No responses yet