Desa Tumang adalah salah satu daerah yang merupakan wilayah Kelurahan Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah. Dalam sistem administratifnya, Desa Tumang sebenarnya merupakan salah satu dukuh yang terletak di Desa Cepogo. Terletak sekitar 3 kilometer dari Kecamatan Cepogo, dan sekitar 18 kilometer ke arah barat dari Kabupaten Boyolali. Sejak zaman Mataram, desa kecil ini telah menjadi salah satu desa penghasil kerajinan tembaga dan kuningan. Saat ini, Desa Tumang telah menjadi sentra kerajinan tembaga terbesar ke empat bagi Jawa Tengah (Data dari Departement Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah 1999). Produk yang dibuat di desa ini antara lain : vas bunga, kap lampu, kubah masjid, mangkok, patung, atau pun produk-produk yang dipesan secara khusus oleh pasar.
Usaha kerajinan Tumang tercatat mengalami perubahan dan perkembangan dalam penggunaan bahan baku. Besi tua yang pada mulanya menjadi bahan baku utama mulai digeser oleh tembaga-kuningan pada 1930-an. Kesulitan memperoleh besi tua menjadi penyebab perubahan ini. Dalam perkembangannya hingga saat ini, bahan baku yang digunakan tidak hanya tembaga-kuningan saja tetapi juga alumunium. Faktor-faktor seperti kelangkaan bahan baku dan perkembangan selera pasar diduga sebagai pemicu. Saat ini usaha kerajinan Tumang sanggup melayani permintaan pasar dengan memproduksi barang dari besi, tembaga-kuningan, maupun alumunium.
Perkembangan penggunaan bahan baku juga diikuti dengan perkembangan teknologi produksi. Teknologi yang digunakan pada mulanya hanya untuk memproduksi barang-barang peralatan dapur. Pada perkembangan selanjutnya, nilai tambah produk semakin dipertinggi dengan sentuhan teknologi seni ukir. Menurut Supriyantono1) , tokoh yang dikenal sebagai perintis seni ukir tembaga-kuningan di Tumang, seni ukir tembaga-kuningan ini mulai dikenal sejak dasawarsa 1980-an. Keahlian ukir ini diperoleh dari Jogjakarta melalui proses magang di sanggar-sanggar seni maupun di sentra kerajinan logam Kota Gedhe. Masuknya teknologi ukir memperkaya proses produksi dan produk-produk hasil yang selama ini dikenal sebagai kerajinan tradisional. Era inilah yang membedakan dengan era usaha kerajinan sebalumnya, yang disebut era usaha kerajinan modern tembaga-kuningan, meskipun era tradisional belum berakhir.
Kerajinan logam di Desa Tumang merupakan warisan budaya turun-temurun. Sebagian besar warga Tumang memiliki keterampilan membuat kerajinan tembaga, aluminium dan kuningan secara turun menurun. Pada mulanya desa ini banyak memproduksi peralatan rumah tangga seperti dandang, wajan, kwali, kendil, dan lain-lain. Seiring kemajuan jaman, kerjinan tembaga dan kuningan di Desa Tumang mengalami perkembangan, dengan sentuhan kreativitas. Akhirnya produk-produk yang diproduksi kini dapat menjadi barang-barang seni kerajinan yang bermutu tinggi. Produk kriya logam tembaga, aluminium dan kuningan di Desa Tumang hingga kini terus mengalami perkembangan, tak hanya memproduksi benda-benda kerajinan dalam ukuran kecil, tetapi dibeberapa home industri di Tumang juga mengerjakan berbagai pesanan hiasan dalam ukuran besar, misalnya hiasan gapura, hiasan relief, kubah tempat ibadah, dan lain sebagainya.
Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.
Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470
No responses yet