Relevansi Makna Persatuan dalam Pepatah “Modho Ne’e Hoga, Meku Ne’e Doa” dalam Ruang Keseharian Hidup Bangsa Indonesia – Nilai persatuan yang ada dalam masyarakat Nagekeo bukan hanya lahir dalam kebudayaan tersebut, namun merupakan cerminan dan gambaran dari kepribadian yang ada dalam seluruh masyarakat Indonesia. Kesatuan dan persatuan itu terungkap di mana Indonesia yang terdiri atas suku, ras, dan budaya disatukan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Urgensitas akan luhurnya nilai persatuan menjadi tolak ukur berdirinya suatu negara. Negara yang kuat dan utuh bilamana berdiri atas fondasi atau dasar yang menjadi landasan dalam persatuan itu sendiri. Namun, tidak menutup kemungkinan juga belakangan ini lahirnya berbagai fenomena yang terjadi di tanah air, seperti intoleransi, populisme, dan berbagai aneka yang mengarah pada disintegrasi bangsa.
Bahaya disintegrasi dalam negeri merupakan fenomena yang tidak dapat dipungkiri dalam mewarnai perjalanan bangsa Indonesia dari hal yang kecil hingga ke persoalan yang kompleks. Hal itu dapat dibuktikan dari perjalanan historis bangsa Indonesia, mulai dari penjajahan dari bangsa asing hingga terlepasnya Timor-Timur dari pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, hal itu tidak berhenti pada fakta empiris tersebut. Indonesia saat ini terus dirongrong dari berbagai gerakan yang ingin memecah belah persatuan dan keutuhan negara, terlebih khusus gerakan politik yang berjubah agama. Pancasila yang menjadi landasan persatuan dan filosofis bangsa Indonesia dianggap tidak relevan. Selain itu, adanya tendensi yang mengarah pada pengotak-ngotakan menurut suku, ras, dan agama (Adon, 2021). Akhirnya, rasa persaudaraan dan kesatuan mulai memudar dari bumi Indonesia.
Baca juga :
Menikah Beda Agama di Indonesia: Tantangan dan Peluang dalam Kebersamaan Beragama
Relevansi Makna Persatuan dalam Pepatah – Menghadapi kenyataan itu, masyarakat Indonesia tidak tinggal diam. Usaha untuk membangkitkan rasa persatuan dan kesatuan dalam negeri perlu diupayakan. Jalur yang ditempuh sebagai alternatif dalam mengupayakan persatuan ialah dengan menjaga dan merawat kearifan lokal dalam setiap budaya yang memiliki nilai persatuan. Hal ini tentu tidak bermaksud untuk menciptakan budaya etnosentrisme, melainkan dalam rangka mewarisi kebudayaan nasional. Kebudayaan lokal tidak terlepas dari kebudayaan nasional karena lahir dari rahim yang sama, yakni bumi Nusantara. Kesamaan itu dilihat di mana adanya ikatan kesamaan suku bangsa, adat istiadat, daerah asal, dan berbagai faktor primordial lainnya yang menyatukan masyarakat Indonesia (Winarmo, 2020). Warisan kepribadian bangsa Indonesia yang ditemukan dari berbagai kebudayaan di Indonesia, seperti dalam budaya orang Nagekeo yang selalu mengagungkan nilai persatuan dalam hidup bersama. Persatuan itu mengandaikan relasi yang diciptakan dalam ruang keseharian itu kondusif. Sebab, yang mampu mengaplikasikan relasi itu adalah masyarakat Indonesia. Relasi yang dimaksud dalam konteks ini adalah mampu menerima orang lain yang berlainan dengan aku tanpa memiliki intensi untuk mencari keuntungan. Ini menjadi syarat penting dan perlu tercipta dalam masyarakat heterogen dalam pelbagai dimensi sosial.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai pelatihan kami, anda dapat menghubungi Admin kami di nomor (
0812-3299-9470) Top of Form
.
No responses yet