Tangsi Belanda

Negara Indonesia memiliki sejarah yang panjang, salah satu sejarah yang masih membekas di ingatan Bangsa Indonesia adalah sejarah pendudukan Belanda di Indonesia. Hampir semua wilayah Indonesia dikuasainya, termasuk Kabupaten Siak. Kabupaten Siak terletak di Provinsi Riau. Kabupaten ini sangat kental dengan nuansa sejarahnya. Disini, dapat dijumpai berbagai peninggalan sejarah, baik peninggalan dari kerajaan Siak Sri Indrapura maupun dari Belanda.

Salah satu peninggalan Belanda di Kabupaten Siak yang masih ada sampai sekarang adalah “Tangsi Belanda”, Tangsi merupakan bangunan yang digunakan untuk peristirahatan untuk peristirahatan tentara Belanda pada saat itu. Selain dijadikan sebagai tempat peristirahatan tentara, tangsi ini juga memiliki fungsi yang lain.

Sekarang Tangsi Belanda ini dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata Kabupaten Siak. Di kota Siak Sri Indrapura masih kokoh bekas istana kerajaan Siak Sri Indrapura yang dikenal dengan nama “Asserayah Hasyimiyah” yang menjadi pusat pemerintahan dan dari siilah dikendalikan kegiatan pemerintahan jerajaan Siak Sri Indrapura dengan seluruh wilayah taklukannya, sampai berakhirnya kerajaan Siak Sri Indrapura, yaitu setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta.

Tangsi Belanda merupakan kantor yang digunakan sebagai zona perlindungan/pertahanan sekaligus tempat pelatihan dan istirahat para serdadu belanda saaat tu. Arsitektur bangunan ini sangat khas bernuansa kolonial, sebagaimana bangunan Eropa pada saat itu. Ukuran penjara yang ada pada tangsi ini sekitar 2-3 meter, berisi 4-8 orang. Ini merupakan tahanan anak-anak pribumi yang tidak mau mengikuti peraturan pemerintah.

Bangunan ini memiliki 5 bangunan utama dan sejumlah bangunan kecil serta sumur tua berdiameter sekitar 2,5 meter yang berada di bagian halamannya. Berdasarkan sejarah, dalam sumur ini banyak sekali mayat-mayat para pekerja paksa yang dibuang ke dalam sumur ini selama kedudukan Belanda di Indonesia dan pada umumnya pekerja pribumi.

Sebelum tangsi Belanda ini berdiri, terlebih dahulu pihak Belanda dan Kesultanan Siak menjalin kerja sama yang disebut Traktak Siak. Kerja sama ini mencakup sekotor pewrtanian, perkebunan dan pertambangan. Kerjasama ini bersifat saling menguntungkan. Hubungan antara keduanya pun harmonis. Konflik militer antara Kerajaan Siak dengan Belanda hanya pernah terjadi pada tahun 1753 yang dikenal sebagai Perang Guntung. Peperangan ini dimenangkan oleh kerajaan siak dibawah pimpinan Tengku Buang Asmara. Setelah itu tidak ada lagi catatan sejarah yang menyebutkan terjadinya konflik militer antara Kerajaan Siak dengan Belanda.

Tangsi ini sekarang menjadi salah satu destinasi wisata bersejarah sekaligus destinasi wisata di Kabupaten Siak yang sangat menarik untuk dikunjungi wisatwan. Akses menuju Tangsi ini sangat mudah, karena letaknya yang persis berada di seberang istana Siak, membuat Tangsi ini sangat mudah di jangkau.

Daya tarik pada tangsi ini diantaranya seperti bangunan yang sangat khas akan arsitektur belanda pada saat itu. Selain itu, di Tangsi ini juga dibangun beberapa tempat seperti taman, tempat kuliner (cafe) dll.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Kata kunci: Konsultan pariwisata, penelitian pariwisata, kajian pariwisata

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *