Tari Monamot

Tari Monamot merupakan tarian khas Sulawesi tengah, lebih teptnya di Desa Bunogubu, Kabupaten Buol. Tari ini merupakan tarian yang menggambarkan kehidupan masyarakat dan menggambarkan rasa kegembiraan. Tari ini sering dipentaskan dalam acara pernikahan, penjemputan tamu, ulangtahun daerah,serta di acara-acara adat lainnya. Tarian ini ditarikan oleh tiga orang atau bisa juga lebih. Gerak-gerak dalam tari monamot ini memiliki nama sendiri, yaitu; mopoteetu yang artinya “dapat menyatukan”, monorema yang artinya “dapat menerima”, mogile-gile yang artinya “dapat meminta” atau “memohon” , dan tabe yang artinya “meminta permisi untuk melewati orang lain”. Dalam penyajian tari monamot, penari membawa properti piring yang di dalamnya berisi beras yang sudah diberi warna kuning, serta kostum yang dikenakan didominasi warna kuning dengan aksentuasi hijau. Warna ini merepresentasikan warna khas daerah Kabupaten Buol, yang juga simbol bagi keceriaan putra-putri Buol.

Tarian ini diciptakan oleh Zainal Tahir pada tahun 1996, dulu tari ini diiringi musik yang digarap oleh Alamsyah Marhum. Alat musik yang khas dari tari ini adalah Tog Doka dalam bahasa indonesia “tabuh besar” dan kolintang yang menghasilkan melodi yang paling utama dalam aransemen musiknya. Tari Monamot disajikan pertama kali pada acara pernikahan anak keturunan raja Buol. Tari Monamot ini disajikan dalam beberapa ragam acara dapat mengandung ekspresi yang berbeda sebagai penggambaran suasana dan maksud setiap acara. Tari Monamot  ini merupakan tari kreasi yang menggambarkan kehidupan masyarakat. Masyarakat Buol menampilkan tari monamot dalam acara pernikahanyang dimaksudkan sebagai penyambutan terhadap kehadiran dua mempelai, serta pada acara menyambut tamu daerah dio Kabupaten Buol Sulawesi Tengah.

Baca Juga : Potensi Desa Wisata Tegalarum Kabupaten Magelang

Tari monamot memiliki kandungan nilai filosofis yang merefleksikan cara berpikir danbersikap sebagian besar masyarakat Desa Bunobogu. Nilai ini terutama dihadirkan melalui beras kuning yang dibawa selama pelaksanaaan penyajian tari dan ditaburkan di hadapan tetamu yang hadir di akhir pertunjukan. Beras berasal dari tanaman padi yang dipanen saat tanaman padi menguning dan merunduk tanda sudah berisi penuh. Tanaman padi pasti akan merunduk bersamaan dengan warnanya yang semakin menguning, sebagai tanda bahwa di dalamnya telah ada padi yang sudah siap untuk dipanen. Semakin berat bobot padi, semakin merunduk pula batang tanaman padi. Ini merupakan bentuk refleksi masyarakat Buol yang memiliki cita-cita kolektif untuk selalu bersikap rendah hati. Semakin berpunya, semakin rendah hati, maka niscaya semakin tinggi kualitas dirinya.

Fungsi dari tari monamot lebih dari sekedar tari hiburan. Meskipun kehadirannya dalam acara-acara tidak bersifat wajib, makna dan pesan yang terpendam dalam tari monamot memberikan kelengkapan atau kesempurnaan bagi maksud acara tersebut. pada acara-acara festival 5-10 tahun terakhir, tari monamot sering disajikan sebagai tari pembukaan pada acara-acara festival di tingkat kabupaten hingga provinsi. Hal ini dilakukan bukan saja karena kesadaran masyarakat yang semakin peduli dengan kelestarian tari dan kesenian tradisional Sulawesi Tengah, tetapi juga untuk menunjukkan kepada peserta festival, yang mayoritas didominasi oleh generasi muda, nilai-nilai tradisi dan kekayaan yang terkandung dalam tari tradisional.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Kata kunci: Konsultan pariwisata, penelitian pariwisata, kajian pariwisata

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eleven + 15 =

Latest Comments