Tradisi Baritan Dieng Kulon

Tradisi Baritan merupakan upacara adat yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat dan hubungannya dengan alam yang dilakukan pada bulan sura. Tradisi Baritan biasanya diadakan di perempatan jalan. Tradisi ini tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan untuk merayakan panen. Tradisi baritan ini bertujuan untuk mensyukuri nikmat yang diberikan serta  memohon kepada Tuhan akan keselamatan penduduk.

Dieng kulon merupakan desa yang tereletak di kecamatan Batur, kabupaten Banjarnegara. Konon, Dieng berasal dari bahasa Jawa Kuno (Kawi) “Di-Hyang” yang merupakan nama sebuah bukit yang bersama-sama dengan bukit Susundara yang sekarang disebut Sundara dan Sumwing yang sekarang menjadi Sindoro Sumbing. Masyarakat Dataran tinggi Dieng merupakan bagian dari Suku Jawa. Pada umumnya mereka memeluk agama islam yang patuh dan taat. Namun karena kebudayaan jawa yang masih mendarah daging, masyarakat dataran tinggi Dieng termasuk pemeluk agama Islam yang sinktretisme yang ditandao dengan masih adanya ritual adat jawa yang berbagu animisme dan dinamisme, terutama pada tempat yang dianggap dan dipercayai masyarakat sebagai tempat keramat dan berbagai mitos yang ada di sini.

Tradisi Baritan ini memang belum dikenal seperti tradisi potong rambut gembel yang saat ini sudah dikemas sebagai atraksi wisata. Tradisi baritan ini dilakukan pada hari jumat terakhir bulan sura. Sebagai sebuah tradisi, Baritan memiliki simbol-simbol yang memiliki makna bagi masyarakat Dieng Kulon. Tradisi Baritan masih ada hingga kini karena peran penjaga para sesepuh desa. Upacara ini terdiri dari bberapa rangkaian acara yang dipimpin oleh para sesepuh desa. Tradisi ini ditujukam agar masyarakat terhindar dari bencana dan bahaya, sehingga kehidupan aman, tentram dan damai.

Prosesi ini dimulai pada hari Kamis malam/malem Jemuah dengan kegiatan langlang bhuawana atau mengelilingi desa yang dilakukan para pemangku adat. Kegiatan ini dimulai dari kompleks Candi Dwarawati pada jam-jam tertentu, sesuai dengan petungan yang ada. Kegiatan dilanjutkan pada hari Jumat pagi pukul 06.00 WIB dengan penyembelihan Wedus Kendit. Wedus kendit adalah kambing putih dengan bulu berwarna hitam yang melingkar di bagian badan, serta berkelamin jantan. Pada bagian kepala dan keempat kaki dipotong, dicuci bersih, dibungkus dengan kain mori/kain putih, dan kemudian didoakan dengan bacaan tertentu. Sedangkan bagian tubuh yang lain dimasak untuk nantinya menjadi hidangan untuk makan bersama.

Setelah dibacakan doa, rombongan pemangku adat, modin dan dalang, serta sesepuh desa berjalan menuju tempat penanaman kepala dan kaki. Adapun urutan penanamannya adalah sebagai berikut: Pertama, kaki depan kiri (jatra kiwa) ditanam di arah utara timur (lor wetan) pojok desa, kemudian rombongan berhenti di perempatan desa yang kedua dan di perempatan desa ketiga. Kedua, kepala Wedus Kendit ditanam di tengah desa. Setelah penanaman kepala rombongan disambut di perempatan desa keempat dan kelima. Ketiga, kaki belakang kiri Setelah salat Jumat, masyarakat menuju ke tempat yang telah ditentukan, di titik perempatan desa pertama. Kegiatan utama adalah mengarak kepala dan kaki Wedus Kendit keliling desa dengan diiringi bunyi-bunyian/musik rodad, bedug, kuda lumping/embeg dan para pemain pengiringnya. Menariknya pada era Presiden Abdurrahman Wahid, iringannya ditambah iringan Barongsai. Kegiatan ini diawali dengan menyiapkan beberapa orang untuk membawa kepala dan kaki Wedus Kendit, pembawa dupa wangi dan dupa wuwur, pembawa bunga/kembang, pembawa kreweng dan cowek lemah.

Setelah dibacakan doa, rombongan pemangku adat, modin dan dalang, serta sesepuh desa berjalan menuju tempat penanaman kepala dan kaki. Adapun urutan penanamannya adalah sebagai berikut: Pertama, kaki depan kiri (jatra kiwa) ditanam di arah utara timur (lor wetan) pojok desa, kemudian rombongan berhenti di perempatan desa yang kedua dan di perempatan desa ketiga. Kedua, kepala Wedus Kendit ditanam di tengah desa. Setelah penanaman kepala rombongan disambut di perempatan desa keempat dan kelima. Ketiga, kaki belakang kiri pancal kiwa) ditanam di utara barat (lor kulon), kemudian rombongan tiba di perempatan desa keenam. Keempat, kaki belakang kanan (pancal tengen) yang ditanam selatan barat (lor wetan), dan rombongan kemudian disambut masyarakat di perempatan ketujuh. Kelima, kaki depan kanan (jatra tengen) ditanam di selatan timur (kidul wetan). Semua posisi kepala dan kaki Wedus Kendit dihadapkan ke timur.

Di masing-masing perempatan desa ini telah disediakan panganan, jajan pasar, berbagai macam minuman, bunga, rokok dan kinang, pisang, polo pendem, tumpeng, ingkung, serta berbagai lauk pauk. Kemudian salah satu pemangku adat bergantian dengan modin membacakan doa, serta diakhiri oleh dalang yang bertugas memasrahkan segala sesuatunya ke alam. Setelah itu makanan tersebut diperebutkan (dirayah) oleh warga masyarakat sekitar dan rombongan pengiring arak-arakan. Acara diakhiri dengan wilujengan/selametan dengan makan dan doa bersama, dengan hidangan nasi tumpeng lima warna yaitu hitam, merah, kuning, hijau, dan putih, gulai Wedus Kendit, ingkung, polo pendem, jajan pasar, pisang, aneka buah, aneka lauk, dan sebaganya. Kegiatan ini dihadiri pula oleh aparat desa, pemuka agama, para tokoh adat, dan masyarakat di Desa Dieng Kulon. Acara dilanjutkan dengan pertunjukan kuda lumping/embeg, dan kesenian lainnya.

Secara umum tradisi ini tidak hanya dimaknai untuk menjaga keamanan lingkungan, tetapi juga untuk menolak bencana. Adapun secara khusus makna dan nilai Tradisi Baritan di Dieng kulon antara lain nilai kesederhanaan dan tidak sombong, nilai kerukunan dan kebersamaan, dan nilai religi serta nilai gotong royong.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Kata kunci: Konsultan pariwisata, penelitian pariwisata, kajian pariwisata

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 × two =

Latest Comments