Tradisi Gotong Royong Angkat Rumah Masyarakat Sulawesi Tengah – Di Sulawesi Selatan, terdapat sebuah tradisi unik dan khas Suku Bugis, yaitu tradisi angkat rumah. Tradisi ini di Kabupaten Barru disebut dengan Marakka’ Bola atau disebut Masoppo Bola di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Tradisi mengangkat rumah ini sudah menjadi turun-temurun oleh masyarakat setempat. Bagi Suku Bugis, rumah merupakan warisan yang harus dijaga dan dipertahankan. Sehingga, rumah harus secara utuh dipindahkan.
Jika ada yang pindah rumah, maka akan diumumkan melalui toa masjid. Tak lama kemudian, masyarakat setempat akan datang beramai-ramai. Umumnya, tradisi ini dilakukan pada hari Jumat, bertepatan dengan setelah kaum laki-laki melakukan solat Jumat. Proses pemindahan rumah akan dipandu oleh Kepala Adat atau Ketua Kampung. Kaum laki-laki bertugas untuk mengangkat rumah, sementara kaum perempuan bertugas memasak dan menyiapkan makanan (Ramdhani, 2016).
Proses pemindahan rumah tidak dilakukan begitu saja, namun diawali dengan proses pemindahan barang-barang rumah keluar untuk menghindari kerusakan. Namun, untuk barang besar seperti lemari, tempat tidur, dan barang yang merepotkan untuk dikeluarkan akan tetap disimpan di dlaam rumah. Kemudian untuk mempermudah proses pemindahan rumah, tiang-tiang rumah dipasang dan diikat dengan bambu agar memudahkan orang untuk mengangkat. Bambu kemudian dipanggul bersama-sama menuju lokasi rumah baru.
Struktur rumah tradisional Suku Bugis yang berupa rumah panggung segi empat panjang dengan tiang-tiang tinggi pemikul lantai dan atap. Bentuk rumah panggung membuat rumah Suku Bugis dapat dipindahkan. Di dalam rumah tradisional Suku Bugis, terdapat tiga tingkatan, yaitu dunia atas (botting langi) sebagai tempat menaruh padi, dunia tengah (ale-kawa) sebagai tempat melakukan aktivitas sehari-hari, dan dunia bawah (awa bola) sebagai tempat menaruh hewan peliharaan dan/atau menaruh kendaraan.
Baca juga : Merangkul Esensi Arsitektur Post-Modern dalam Desain Perkotaan
Tak jarang, jarak yang ditempuh cukup jauh dan bagi masyarakat awam akan meragukan hal tersebut. Namun, semangat gotong-royong membuktikan bahwa sebuah rumah dapat dipindahkan dengan tenaga manusia. Jika rumah sudah dipindahkan ke lokasi baru, maka dilanjutkan dengan kegiatan syukuran makan bersama atau biasa dikenal dengan Baca Barazanji. Tradisi masoppo bola juga menjadi simbol kearifan lokal masyarakat Sulawesi Tengah. Tradisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Sulawesi Tengah memiliki budaya yang unik dan bernilai tinggi.
Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di (0812-3299-9470).
Sumber Jurnal
RAMDHANI, I. Makna Tradisi” Masoppo Bola” Pada Masyarakat Bugis Di Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.
No responses yet