Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga ikon sejarah dan simbol kebangkitan spiritual. Terletak di pusat kota, masjid ini menjadi destinasi wisata religi yang sangat populer, tidak hanya bagi umat Muslim di Indonesia, tetapi juga bagi wisatawan internasional. Arsitekturnya yang megah dan sejarahnya yang panjang membuat Masjid Raya Baiturrahman menjadi daya tarik utama bagi pengunjung yang ingin mendalami sejarah Islam di Indonesia, sekaligus merasakan ketenangan spiritual.
Arsitektur Megah yang Menggambarkan Kebesaran Islam
Sultan Iskandar Muda, pemimpin Kesultanan Aceh yang terkenal, membangun Masjid Raya Baiturrahman pertama kali pada abad ke-17. Sayangnya, masjid ini hancur akibat perang. Kemudian, pemerintah kolonial Belanda membangun kembali masjid tersebut pada tahun 1879. Arsitekturnya memadukan gaya Mughal dari India dan sentuhan lokal Aceh, menciptakan perpaduan yang memukau.
Masjid ini memiliki tujuh kubah besar yang mencerminkan kekuatan dan kebesaran Islam. Kubah utamanya berwarna hitam, berdiri kokoh di atas bangunan berwarna putih yang bersih. Pilar-pilar besar dan halamannya yang luas dengan kolam dan taman yang tertata rapi menciptakan suasana yang damai. Baru-baru ini, Masjid Raya Baiturrahman juga dilengkapi dengan payung-payung besar yang terinspirasi dari Masjid Nabawi di Madinah, memberikan kesejukan bagi para jamaah yang beribadah di luar ruangan.
Sejarah dan Peran Masjid dalam Tragedi Tsunami
Selain menjadi pusat spiritual, Masjid Raya Baiturrahman juga menyimpan kisah heroik dalam sejarah Aceh. Pada tahun 2004, saat tsunami dahsyat melanda Aceh, masjid ini tetap berdiri kokoh di tengah puing-puing yang hancur. Banyak orang berlindung di dalam masjid dan selamat dari bencana tersebut, menjadikan masjid ini simbol keteguhan dan harapan bagi masyarakat Aceh.
Sejak peristiwa itu, Masjid Raya Baiturrahman semakin dikenal di seluruh dunia. Wisatawan dari berbagai negara datang untuk melihat keajaiban masjid yang selamat dari tsunami, sekaligus merasakan kekuatan spiritual yang dimilikinya. Setiap tahun, ribuan peziarah datang untuk berdoa, bersyukur, dan mengenang mereka yang hilang dalam bencana tersebut.
Wisata Religi yang Mendukung Pemberdayaan Ekonomi
Wisata religi di Masjid Raya Baiturrahman tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga berperan dalam meningkatkan ekonomi lokal. Di sekitar masjid, banyak usaha kecil yang berkembang, mulai dari penjual makanan, cendera mata, hingga penginapan bagi wisatawan. Selain itu, pemerintah daerah terus mengembangkan infrastruktur dan layanan pariwisata di kawasan masjid, seperti menyediakan tur sejarah dan paket wisata yang mengajak pengunjung untuk memahami lebih dalam sejarah Islam di Aceh.
Kehadiran wisatawan dari dalam dan luar negeri juga berdampak positif pada pelestarian budaya lokal. Para pengunjung dapat menyaksikan berbagai aktivitas keagamaan, termasuk tradisi masyarakat Aceh dalam merayakan hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi dan Idul Fitri, yang sering diadakan di masjid ini dengan meriah.
Kesimpulan
Masjid Raya Baiturrahman tidak hanya menjadi ikon religi dan simbol sejarah, tetapi juga destinasi wisata religi yang menghubungkan spiritualitas dengan nilai sejarah yang mendalam. Keindahan arsitektur, keteguhan dalam menghadapi tragedi tsunami, serta peran masjid dalam pengembangan pariwisata Aceh membuatnya menjadi salah satu tujuan utama bagi wisatawan religi dari seluruh dunia.
Baca juga : Strategi Optimalisasi Destinasi Wisata Melalui Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia
Referensi:
- Pemerintah Kota Banda Aceh. (2021). “Pengembangan Wisata Religi Masjid Raya Baiturrahman.”
- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2022). “Wisata Religi di Indonesia: Fokus Masjid Raya Baiturrahman.”
Untuk informasi lainnya hubungi admin kami di:
Whatsapp: (0812-3299-9470)
Instagram: @jttc_jogja

No responses yet