Gambaran Budaya Generasi Milenial di Kota Surabaya Ditinjau dari Enam Dimensi Budaya Hofstede

Enam Dimensi Budaya Hofstede – Hofstede menurunkan makna budaya dari tingkatan kedua, yaitu kolektif. Hal ini dipilih karena menurut Hofstede, budaya bukanlah sutau hal yang diwariskan secara genetik (tingkat individual) ataupun yang memiliki karakteristik jauh dari suatu kategorisasi budaya yang khas (tingkat universal), melainkan harus dapat diwariskan melalui lingkungan sosial, organisasi, ataupun kelompok. Dari hal tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa budaya merupakan sistem nilai yang dianut sekelompok orang secara kolektif. Adapun proses perkembangan budaya tersebut dapat dilihat pada gambar 1. Skema tersebut menjelaskan bahwa budaya merupakan hasil pengaruh luar (outside influence) yang kemudian memengaruhi karakteristik manusia (origin) sehingga menghasilkan suatu konsekuensi yang memberikan penguatan baik terhadap karateristik origin manusia ataupun norma sosial (societal norms) yang telah tercipta.

Hofstede membagi dimensi budaya menjadi enam bagian. Pertama, yaitu power distance atau didefinisikan, “the extent to which the less powerful members of institutions and organizations within a country expect and accept that power is distributed unequally” atau dengan kata lain suatu kelompok yang memiliki nilai tinggi pada dimensi ini meyakini bahwa kekuasaan dan posisi manusia di tengah masyarakat tidaklah setara antara seorang pemegang kekuasaan dan tidak. Kedua, individualism yaitu, “the degree of interdependence a society maintains among its members”. Di bagian ini akan diukur seberapa kolektif atau individualkah hubungan antar manusia dalam masyarakat. Skor yang rendah pada bagian ini menunjukkan bahwa kelompok sangat kolektif, sebaliknya kian tinggi skor memperlihatkan adanya tendensi yang kian bersifat individual. Ketiga, masculinity atau “the fundamental issue here is what motivates people, wanting to be the best (Masculine) or liking what you do (Feminine)”.

karakteristik budaya pada generasi milenial di Kota Surabaya merupakan suatu hal yang signifikan karena generasi milenial di kota tersebut merupakan penduduk yang pada saat ini mendominasi dan merupakan penerus karakteristik bangsa sehingga dengan mengetahui karateristik pemuda pada saat ini, maka memungkinkan untuk memprediksi karakteristik budaya di masa depan. Adapun melalui hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari enam dimensi budaya yang dikemukakan oleh Hofstede, lima di antaranya ternyata memiliki kesamaan dengan penelitian yang terdahulu, sedangkan satu dimensi lainnya berbeda. Satu dimensi yang dimaksud adalah dimensi maskulinitas, di mana generasi milenial di Kota Surabaya justru cenderung memiliki sifat yang maskulin atau suka berkompetisi dari pada hanya mencari, seperti win-win solution dan kesenangan semua orang atau people pleasure belaka.

Baca juga : Meningkatkan Konektivitas dan Kemudahan melalui Digital atau Portal Web

Hal ini menunjukkan bahwa adanya kemajuan zaman yang dicirikan dengan hadirnya teknologi serta globalisasi, memungkinkan terciptanya pengaruh yang dapat memengaruhi cara pandang generasi milenial untuk menjadi orang terbaik dengan cara mengerahkan segala upaya agar dapat menjadi pemenang dan penghargaan dibanding sekadar berfikir apakah ia akan berperilaku untuk disenangi oleh banyak orang lain.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai pelatihan kami, anda dapat menghubungi Admin kami di nomor (0812-3299-9470).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *