Penataan kawasan perlu dilakukan di Malioboro, karena destinasi wisata tersebut banyak dikunjungi wisatawan setiap tahunnya. Penataan kawasan berfungsi untuk meminimalisir permasalahan-permasalahan yang terjadi akibat banyaknya wisatawan yang datang berkunjung.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki banyak landmark tempat-tempat wisata. Kebudayaan yang khas menjadi salah satu daya tarik dari wilayah ini. Seiring dengan perkembangan zaman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus berkembang dan salah satu kegiatan utama dari kota ini adalah pariwisata yang berlandaskan kebudayaan. Salah satu kegiatan pariwisata andalah dari kota ini adalah wisata kota yang berpusat di sepanjang Jalan Malioboro.
Kawasan Malioboro merupakan tujuan utama wisata di kota ini karena merupakan landmark dari Kota Yogyakarta dan tidak pernah sepi dari wisatawan. Sejak zaman kolonial Belanda, Kawasan Malioboro memang telah menjadi pusat perdagangan. Lokasinya yang strategis dan memanjang membentuk garis linier membuat Jalan Malioboro dijadikan lokasi berdagang. Dalam perkembangannya, Kawasan Malioboro selalu dibanjiri oleh wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Tingginya minat wisatawan yang ingin berkunjung ke Malioboro terutama pada saat akhir pekan dan musim liburan dapat terlihat dari kepadatan lalu lintas yang selalu terjadi di kawasan Jalan Malioboro.
Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Malioboro terutama pada musim liburan tentu menimbulkan kemacetan sebab tak sedikit dari wisatawan tersebut membawa kendaraan pribadi. Selain kemacetan, masalah lain muncul yaitu soal parkir untuk kendaraan bermotor. Tingginya intensitas dan volume lalu lintas membuat kebutuhan akan ruang parkir bagi wisatawan meningkat. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan parkir di
Kawasan Malioboro. Kendaraan yang datang berkunjung terus meningkat sementara lahan parkir yang tersedia tidak bertambah, akibatnya banyak bahu jalan dan trotoar digunakan sebagai lahan parkir. Para pejalan kaki pun harus berbagi tempat dengan kendaraan yang parkir khususnya kendaraan roda dua.
Hal ini berdampak pada ketidak nyamanan para wisatawan yang berjalan kaki, ruang gerak mereka menjadi terbatas jika berpapasan dengan pejalan kaki lainnya karena ruang trotoar yang seharusnya leluasa untuk berjalan menjadi kecil akibat menjadi lahan parkir. Pemerintah daerah setempat memang sudah menyediakan kantong-kantong parkir di sekitar Kawasan Malioboro, namun ketersediaanya belum dapat menampung jumlah kendaraan wisatawan yang datang berkunjung. Parkir dan kemacetan membuat Malioboro menjadi kawasan yang semakin padat dan tidak teratur. Selain parkir dan kemacetan,
masalah lain kembali muncul di kawasan ini yakni pedagang kaki lima (PKL) yang semakin membuat kawasan ini padat dan tidak teratur. Pedagang kaki lima (PKL) memang merupakan salah satu bagian dari Malioboro yang tidak dapat dipisahkan dari kawasan ini. PKL juga merupakan ciri khas serta ruh bagi Malioboro.
Berdasarkan permasalahan tersebut, berikut merupakan hasil analisis dari penataan kawasan di area Malioboro:
Strategi SO
1. Memperbaiki akses transportasi darat maupun udara yang menuju Kawasan Malioboro.
2. Menambah serta memperbaiki atau meningkatkan kualitas dari transportasi tradisional yang ada di Kawasan Malioboro.
3. Mengintregasikan atraksi wisata di Kawasan Malioboro dengan event-event kebudayaan yang digelar di Yogyakarta.
baca juga: Berikut Jenis-Jenis Pariwisata Berdasarkan Objeknya?
Strategi ST
1. Membuat variasi dari atraksi wisata yang sudah ada di Kawasan Malioboro sehingga berbeda dengan kawasan lain.
2. Mensosialisasikan kepada pengunjung atau wisatawan akan bahaya erupsi Gunung Merapi.
3. Memaksimalkan akses menuju Kawasan Malioboro.
4. Mengoptimalkan moda trasportasi tradisional sebagai pengganti kendaraan bermotor di Kawasan Malioboro.
Strategi WO
1. Membangun dan menambahkan jumlah fasilitas sosial terutama tempat ibadah dan toilet umum.
2. Menata PKL di Kawasan Malioboro.
3. Mengoptimalkan lahan-lahan parkir yang ada di sekitar Kawasan Malioboro.
4. Memperbaiki sarana dan prasarana pendukung parkir.
Strategi WT
1. Membangun atau membuat fasilitas yang dapat mengurangi atau mencegahan dari erupsi Gunung Merapi.
2. Memperbaiki serta menambah sarana dan prasarana di Kawasan Malioboro.
3. Dilakukan musyawarah yang melibatkan antara pemangku kepentingan dan masyarakat di Malioboro untuk merumuskan kebijakan tepat.
Untuk informasi lainnya hubungi admin kami di:
Whatsapp: (0812-3299-9470)
Instagram: @jttc_jogja
No responses yet