Perubahan iklim semakin dirasakan di seluruh dunia, dan Indonesia tidak terkecuali. Sebagai negara kepulauan, dampak perubahan iklim pada kawasan pesisir sangat signifikan, terutama di sektor pariwisata yang sangat bergantung pada daya tarik alam. Bali dan Lombok, dua destinasi wisata pantai terpopuler di Indonesia, kini menghadapi tantangan besar akibat kenaikan permukaan laut, erosi pantai, dan perubahan pola cuaca yang memengaruhi daya tarik wisata mereka. Artikel ini akan menguraikan potensi dampak perubahan iklim terhadap pariwisata pantai di kedua wilayah tersebut serta memberikan wawasan tentang langkah mitigasi yang diperlukan.
1. Kenaikan Permukaan Laut: Ancaman Terbesar
Salah satu dampak perubahan iklim yang paling nyata di kawasan pesisir adalah kenaikan permukaan laut. Hal ini terutama dirasakan di Bali dan Lombok, di mana pantai-pantai populer seperti Kuta, Sanur, dan Senggigi terancam tergerus oleh erosi. Kenaikan permukaan laut tidak hanya mengurangi luas wilayah pantai yang dapat dinikmati wisatawan, tetapi juga merusak infrastruktur pendukung pariwisata seperti hotel, restoran, dan jalan raya yang berada dekat dengan garis pantai.
Bali, misalnya, telah mengalami penurunan luas pantai di beberapa lokasi utama akibat erosi. Studi menunjukkan bahwa laju erosi di beberapa area di Bali mencapai hingga 2 meter per tahun (AMC Ejournal). Ini menyebabkan ancaman serius bagi ekonomi lokal yang sangat bergantung pada kunjungan wisatawan pantai. Pariwisata pantai yang terancam oleh kenaikan permukaan laut tidak hanya berdampak pada jumlah pengunjung, tetapi juga pada pendapatan sektor pariwisata dan kesejahteraan masyarakat setempat.
2. Perubahan Pola Cuaca: Gangguan pada Musim Wisata
Selain kenaikan permukaan laut, perubahan pola cuaca juga menjadi faktor penting dalam memengaruhi pariwisata pantai di Indonesia. Musim hujan yang lebih panjang, frekuensi badai yang meningkat, dan intensitas gelombang pasang yang lebih besar menyebabkan penurunan kualitas pengalaman wisata. Di Bali, perubahan ini menyebabkan penundaan dan pembatalan berbagai kegiatan wisata air, seperti selancar, menyelam, dan snorkeling, yang menjadi daya tarik utama wisatawan.
Lombok, yang terkenal dengan keindahan Gili Islands, juga mengalami gangguan serupa. Saat musim badai, wisatawan cenderung menghindari perjalanan ke pulau-pulau kecil karena risiko keselamatan, yang secara langsung berdampak pada pendapatan pelaku industri pariwisata. Data menunjukkan bahwa penurunan jumlah kunjungan wisatawan selama musim cuaca buruk bisa mencapai 30%, yang memengaruhi ekonomi lokal secara signifikan (Trunojoyo Journal).
3. Kerusakan Ekosistem Pesisir
Ekosistem pesisir, seperti terumbu karang dan mangrove, memainkan peran penting dalam melindungi pantai dari erosi dan menyediakan habitat bagi beragam kehidupan laut. Namun, perubahan iklim menyebabkan peningkatan suhu air laut yang memicu pemutihan terumbu karang (coral bleaching) di sekitar Bali dan Lombok. Kondisi ini tidak hanya mengurangi daya tarik wisatawan yang tertarik untuk snorkeling dan diving, tetapi juga mengganggu keseimbangan ekosistem laut (AMC Ejournal).
Mangrove, yang berfungsi sebagai benteng alami melawan erosi pantai, juga terancam akibat naiknya permukaan laut dan perubahan salinitas air. Kerusakan ekosistem ini memiliki efek berantai pada pariwisata karena penurunan kualitas lingkungan alam akan menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung.
Baca Juga: Peran OPD Pariwisata dalam Mengelola Risiko Iklim
4. Adaptasi dan Mitigasi untuk Pariwisata Berkelanjutan
Menghadapi ancaman yang semakin nyata dari perubahan iklim, adaptasi menjadi solusi penting bagi sektor pariwisata di Bali dan Lombok. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah penanaman kembali mangrove di beberapa kawasan pesisir, seperti di Nusa Lembongan, untuk membantu mengurangi dampak erosi (Trunojoyo Journal). Selain itu, infrastruktur wisata yang lebih ramah lingkungan perlu dikembangkan, termasuk pembangunan hotel dan restoran yang lebih jauh dari garis pantai, serta promosi kegiatan wisata yang tidak terlalu bergantung pada kondisi cuaca, seperti wisata budaya dan kuliner.
Di tingkat kebijakan, pemerintah daerah Bali dan Lombok juga telah merumuskan rencana mitigasi yang bertujuan untuk melindungi destinasi wisata dari ancaman perubahan iklim. Salah satu langkah yang diterapkan adalah penataan ulang zonasi pariwisata dan penerapan pajak lingkungan bagi wisatawan yang berkunjung, yang hasilnya akan digunakan untuk upaya pelestarian alam (Trunojoyo Journal).
5. Peluang untuk Pariwisata Berkelanjutan
Meskipun perubahan iklim membawa tantangan besar, ini juga membuka peluang untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Bali dan Lombok. Wisata alam yang lebih berfokus pada pelestarian lingkungan dan keterlibatan komunitas lokal semakin diminati oleh wisatawan internasional. Program-program wisata berbasis komunitas, seperti tur ekologi mangrove dan restorasi terumbu karang, telah menjadi daya tarik baru yang dapat meminimalkan dampak negatif dari pariwisata massal sekaligus mendukung upaya mitigasi perubahan iklim (AMC Ejournal)(Trunojoyo Journal).
6. Kesimpulan
Perubahan iklim menghadirkan tantangan besar bagi pariwisata pantai di Indonesia, terutama di Bali dan Lombok. Kenaikan permukaan laut, erosi pantai, dan perubahan pola cuaca menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan industri pariwisata. Namun, melalui adaptasi yang tepat dan promosi pariwisata berkelanjutan, Bali dan Lombok memiliki peluang untuk tetap menjadi destinasi unggulan di tengah tantangan global ini. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat lokal, dan pelaku industri sangat penting dalam menghadapi perubahan iklim dan menjaga keberlanjutan pariwisata di masa depan.
Baca Juga: Tantangan Pariwisata di Tengah Perubahan Iklim
Referensi:
- Novita, S., & Suhartono, T. (2022). “Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pariwisata di Kawasan Pesisir Bali.” Jurnal Pariwisata Berkelanjutan, 8(2), 123-135.
- Prasetyo, H., & Wardhani, E. (2021). “Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Kunjungan Wisata di Bali dan Lombok.” Jurnal Ekonomi Lingkungan, 5(1), 45-59.
- Suwandi, A. (2023). “Strategi Adaptasi Pariwisata Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia.” Jurnal Pesisir dan Kelautan, 9(4), 231-240.
Untuk informasi lainnya hubungi admin kami di:
Whatsapp: (0812-3299-9470)
Instagram: @jttc_jogja
No responses yet