Pendekatan perencanaan top-down adalah metode di mana keputusan strategis dan arahan utama ditentukan oleh manajemen tingkat atas, kemudian diteruskan ke tingkat bawah untuk diimplementasikan. Organisasi dengan struktur hierarkis yang kuat sering menggunakan pendekatan ini karena memprioritaskan konsistensi dan kontrol terpusat.
Langkah-langkah Perencanaan Top-Down:
- Penetapan Visi dan Misi oleh Manajemen Puncak. Pertama-tama, pimpinan organisasi menetapkan visi dan misi yang jelas sebagai panduan umum bagi seluruh kegiatan organisasi. Visi dan misi ini mencerminkan tujuan jangka panjang dan nilai-nilai inti organisasi.
- Penentuan Tujuan Strategis. Selanjutnya, manajemen puncak menetapkan tujuan strategis yang spesifik, terukur, relevan, dan berbatas waktu (SMART). Penetapan itu dengan mempertimbangkan visi dan misi yang ada. Tujuan ini menjadi dasar bagi perencanaan lebih lanjut di seluruh organisasi.
- Pengembangan Kebijakan dan Strategi. Manajemen merumuskan kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan strategis. Kebijakan ini mencakup pedoman umum. Sementara strategi menetapkan pendekatan spesifik yang akan terlaksana.
- Perencanaan Taktis oleh Manajemen Menengah. Setelah itu, manajemen menengah menerjemahkan kebijakan dan strategi menjadi rencana taktis yang lebih terperinci, menyesuaikan dengan fungsi dan departemen masing-masing. Rencana ini mencakup alokasi sumber daya, penjadwalan, dan penetapan tanggung jawab.
- Implementasi oleh Manajemen Lini dan Staf Operasional. Manajemen lini dan staf operasional melaksanakan rencana taktis sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Mereka bertanggung jawab atas operasional sehari-hari dan memastikan bahwa kegiatan berjalan sesuai rencana.
- Pemantauan dan Evaluasi. anajemen melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk menilai kinerja dan memastikan bahwa implementasi berjalan sesuai dengan rencana. Umpan balik dari tahap ini digunakan untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Baca Juga: Perencanaan Top-Down untuk Pengembangan Wisata
Dalam praktiknya, banyak organisasi menggabungkan pendekatan top-down dengan pendekatan bottom-up untuk memanfaatkan kelebihan keduanya. Pendekatan hybrid ini memungkinkan partisipasi dari semua tingkatan organisasi, meningkatkan fleksibilitas, kreativitas, dan adaptabilitas terhadap perubahan lingkungan.
Sumber:
- Asana. (2024). Pendekatan Top-Down vs. Bottom-Up: Apa Bedanya? Diakses dari https://asana.com/id/resources/top-down-approach
- Khuswantoro, E., et al. (2013). Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah dalam Perspektif Good Governance. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 2(1), 51-64.
- Wahyudi, W. (2006). Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Top-Down dan Bottom-Up. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Kebijakan Publik, 2(1), 23-35
Untuk informasi lainnya hubungi admin kami di:
Whatsapp: (0812-3299-9470)
Instagram: @jttc_jogja
Comments are closed