Perlunya pengawasan lebih ketat terhadap izin tinggal dan kerja bagi wisatawan mancanegara di Bali bukan sekadar wacana. Kita harus segera mencegah persaingan tidak sehat yang dapat merugikan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal. Kepala Kanwil Kemenkumham Bali, Pramella Pasaribu, mengemukakan bahwa kehadiran WNA dalam sektor UMKM berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi dan sosial Bali. Kita tidak bisa menganggap remeh pernyataan ini karena UMKM adalah tulang punggung ekonomi lokal yang harus kita lindungi dari persaingan tidak sehat. Kita perlu menerapkan pengawasan lebih intensif terhadap aktivitas WNA di sektor ini sebagai langkah preventif, namun implementasinya harus tepat sasaran dan tidak diskriminatif.
Namun, kita juga harus ingat bahwa kebijakan memperketat izin tinggal dan kerja bagi WNA dapat membawa dampak signifikan bagi sektor pariwisata Bali. Mengingat ekonomi Bali sangat bergantung pada pariwisata, kebijakan yang terlalu ketat bisa menurunkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung. Dampak ini bisa mengurangi pendapatan daerah dan lapangan kerja di sektor pariwisata. Oleh karena itu, kita perlu menemukan keseimbangan antara melindungi kepentingan lokal dan menjaga daya tarik Bali sebagai destinasi wisata global. Kita harus merancang kebijakan ini dengan cermat agar tidak merugikan salah satu pihak dan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengingatkan pentingnya menjaga keunikan Bali sebagai destinasi wisata, yang dikenal tidak hanya karena keindahan alamnya tetapi juga kekayaan budaya dan lingkungan. Dengan jumlah warga asing yang mencapai lebih dari 200.000 orang, masalah seperti kriminalitas dan penurunan kualitas lingkungan menjadi semakin nyata. Luhut menegaskan pemerintah akan memperbaiki tata kelola pariwisata melalui audit, penataan infrastruktur, dan penerapan energi baru serta terbarukan. Bali harus kembali menjadi destinasi yang harmonis dengan alam dan budayanya, bukan sekadar objek eksotis di mata dunia. Semua pihak harus mendukung upaya ini, terutama dalam rangka mempersiapkan Indonesia menghadapi era PDB yang diprediksi mencapai US$ 2,5 hingga 3 triliun pada tahun 2030.
Baca juga : Mengenal Festival Ya’ahowu Nias: Merayakan Tradisi dan Budaya
Sumber Gambar : Balipost.com
Untuk informasi lainnya hubungi admin kami di:
Whatsapp: (0812-3299-9470)
Instagram: @jttc_jogja
No responses yet