Penerapan Pengembangan Pariwisata Berbasis Komunitas

Pengembangan pariwisata berbasis komunitas (Community-Based Tourism, CBT) telah menjadi pendekatan yang efektif dalam memajukan industri pariwisata, sekaligus memberdayakan masyarakat lokal. Dalam hal ini, konsep CBT secara khusus menekankan peran aktif komunitas dalam merencanakan, mengelola, dan memanfaatkan sumber daya pariwisata mereka. Dengan demikian, CBT bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.

Prinsip Utama CBT

Penerapan CBT melibatkan beberapa prinsip kunci. Pertama, partisipasi aktif masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan sangat penting. Hal ini memastikan bahwa pengembangan pariwisata sesuai dengan kebutuhan dan keinginan komunitas. Kedua, manfaat ekonomi dari pariwisata harus didistribusikan secara adil di antara anggota komunitas. Ketiga, CBT mengutamakan pelestarian lingkungan dan budaya lokal untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.

Keuntungan CBT

Implementasi CBT menawarkan berbagai keuntungan. Secara ekonomi, CBT dapat menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha baru bagi masyarakat lokal. Misalnya, dalam destinasi wisata yang mengadopsi CBT, warga lokal sering kali terlibat dalam bisnis seperti akomodasi, makanan, dan kerajinan tangan. Secara sosial, CBT dapat memperkuat kohesi sosial dan meningkatkan kualitas hidup melalui pengembangan fasilitas umum dan pelayanan kesehatan. Selain itu, pelestarian budaya dan lingkungan juga terjaga karena komunitas berperan aktif dalam menjaga warisan mereka.

Contoh Sukses CBT

Beberapa contoh sukses CBT dapat ditemukan di berbagai belahan dunia. Di Thailand, komunitas di desa-desa kecil telah berhasil mengembangkan agrowisata dan homestay yang tidak hanya menarik wisatawan tetapi juga meningkatkan pendapatan lokal. Di Indonesia, desa-desa wisata seperti Desa Penglipuran di Bali menerapkan CBT untuk mempromosikan budaya dan tradisi lokal sambil memberikan manfaat langsung kepada masyarakat setempat.

Tantangan dan Solusi

Meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan CBT juga menghadapi tantangan. Salah satunya adalah kurangnya kapasitas dan keterampilan di kalangan anggota komunitas. Solusi untuk tantangan ini termasuk penyediaan pelatihan dan dukungan teknis untuk meningkatkan keterampilan manajerial dan pemasaran. Selain itu, penting untuk menjaga komunikasi yang baik antara pihak-pihak terkait agar tujuan CBT dapat tercapai dengan efektif.

Baca juga : Pengembangan Produk Kreatif sebagai Suvenir dari Suatu Destinasi Wisata

Kesimpulan

Penerapan pengembangan pariwisata berbasis komunitas merupakan strategi yang berpotensi besar dalam memajukan industri pariwisata, sekaligus memberdayakan masyarakat lokal. Dengan demikian, dengan partisipasi aktif dan dukungan yang tepat, CBT dapat menciptakan manfaat ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Selain itu, pendekatan ini juga dapat melestarikan budaya dan lingkungan.

Sumber Gambar : Pachamama Alliance

Sumber Referensi:

  1. Goodwin, H., & Santilli, R. (2009). “Community-Based Tourism: A Sustainable Development Approach.” Journal of Sustainable Tourism, 17(5), 575-588.
  2. Tosun, C. (2000). “Limits to Community Participation in the Tourism Development Process in Developing Countries.” Tourism Management, 21(6), 613-633.
  3. Scheyvens, R. (1999). “Ecotourism and the Empowerment of Local Communities.” Tourism Management, 20(2), 245-249.

Untuk informasi lainnya hubungi admin kami di:

Whatsapp: (0812-3299-9470)

Instagram: @jttc_jogja

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four × one =

Latest Comments