Perencanaan Bottom-Up dalam Pengembangan Desa Wisata

Pengembangan Pariwisata Desa, Ide dan Inspirasi bagi Pemerintah

Pengembangan desa wisata merupakan salah satu strategi efektif untuk meningkatkan perekonomian lokal, melestarikan budaya, dan mempromosikan keindahhan alam pedesaan. Namun, keberhasilan pengembangan desa wisata tidak hanya bergantung pada ketersediaan sumber daya, melainkan juga pada pendekatan dalam proses perencanaan. Salah satu pendekatan yang cocok dalam pengembangan desa wisata adala perencanaan bottom-up.

Apa itu Perencanaan Bottom-Up?

Perencanaan bottom-up adalah pendekatan yang menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam proses perencanaan. Dalam pendekatan ini, ide, kebutuhan, dan aspirasi masyarakat lokal menjadi dasar utama pengambilan keputusan. Berbeda dengan pendekatan top-down yang lebih bersifat instruktif dari pihak luar, pendekatan bottom-up memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan merasa memiliki terhadap setiap langkah pembangunan.

Baca Juga: Community-Based Tourism (CBT) dalam Pengembangan Desa Wisata

Mengapa Perencanaan Bottom-Up Penting dalam Pengembangan Desa Wisata?

  1. Meningkatkan Rasa Kepemilikan Masyarakat Ketika masyarakat dilibatkan sejak tahap perencanaan, mereka merasa menjadi bagian dari proyek pengembangan desa wisata. Hal ini akan mendorong rasa tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola desa wisata secara berkelanjutan.
  2. Memastikan Relevansi dan Kesesuaian Program Setiap desa memiliki karakteristik unik, mulai dari potensi wisata alam, budaya, hingga tradisi lokal. Melalui pendekatan bottom-up, program yang dirancang lebih relevan dengan kondisi dan kebutuhan lokal sehingga peluang keberhasilannya lebih besar.
  3. Meningkatkan Kapasitas dan Pemberdayaan Masyarakat Proses perencanaan yang melibatkan masyarakat juga menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri mereka. Ini tidak hanya membantu dalam pengelolaan desa wisata tetapi juga mendorong pengembangan sosial dan ekonomi secara menyeluruh.
  4. Membangun Kerja Sama dan Harmoni Lokal Melibatkan berbagai pihak dalam masyarakat, seperti tokoh adat, kelompok pemuda, dan organisasi lokal, dapat memperkuat kerja sama antarwarga. Hal ini menciptakan harmoni sosial yang penting untuk keberlangsungan desa wisata.
  5. Mengurangi Potensi Konflik Ketika masyarakat tidak dilibatkan, potensi konflik sering kali muncul, baik terkait pembagian manfaat ekonomi maupun dampak lingkungan. Pendekatan bottom-up membantu meminimalkan konflik dengan memastikan transparansi dan inklusivitas dalam setiap tahap perencanaan.

Perencanaan bottom-up adalah kunci keberhasilan pengembangan desa wisata yang berkelanjutan. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, proses pembangunan tidak hanya menjadi lebih relevan dan inklusif, tetapi juga mampu menciptakan dampak positif jangka panjang bagi kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lingkungan desa. Oleh karena itu, pemerintah, pelaku wisata, dan pemangku kepentingan lainnya perlu mendorong dan memprioritaskan pendekatan ini dalam setiap upaya pengembangan desa wisata.

Untuk informasi lainnya hubungi admin kami di:

Whatsapp: (0812-3299-9470)

Instagram: @jttc_jogja

Tags:

Comments are closed

Latest Comments