Sejarah dan Kondisi Desa Panglipuran, Bali

Desa Panglipuran terletak di Kabupaten Bangli, Bali, dan dikenal sebagai salah satu desa adat yang paling terawat di pulau tersebut. Dengan pemandangan alam yang indah dan arsitektur yang unik, desa ini menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik perhatian para pelancong. Sejarah dan kondisi desa  mencerminkan keindahan budaya dan tradisi Bali yang masih kental hingga saat ini.

Sejarah Desa Panglipuran

Desa Panglipuran memiliki sejarah yang panjang, bermula dari zaman kerajaan Bali. Nama ‘Panglipuran’ berasal dari kata ‘lipur,’ yang berarti menghibur, mencerminkan fungsi desa ini sebagai tempat untuk mencari ketenangan dan kedamaian. Masyarakat di sini merupakan keturunan raja-raja Bali yang menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal dan menciptakan harmoni dengan alam

Kawasan ini telah bertransformasi dari desa agraris menjadi desa wisata. Pada tahun 1990-an, pemerintah mulai mengembangkan desa ini sebagai tujuan wisata, tetapi tetap berfokus pada pelestarian budaya dan tradisi. Sebagai hasilnya, tempat ini kini menjadi contoh sukses dari pengelolaan pariwisata berbasis komunitas.

Kondisi Desa

Desa Panglipuran terkenal dengan suasana yang bersih dan tertata rapi. Jalan setapak yang dikelilingi oleh tanaman hijau dan rumah adat Bali menjadi daya tarik utama. Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersihan dan lingkungan, yang terlihat dari sistem pengelolaan sampah yang baik dan penggunaan bahan-bahan alami dalam pembangunan.

Penduduk desa Panglipuran mayoritas berprofesi sebagai petani dan perajin. Mereka memproduksi berbagai kerajinan tangan, seperti anyaman bambu dan perhiasan. Selain itu, desa ini masih melaksanakan upacara adat, seperti ngaben dan galungan, yang mencerminkan kedalaman spiritual dan kepercayaan masyarakat setempat

Potensi Wisata

Dengan keindahan alam dan budayanya, Panglipuran menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan. Selain menikmati keindahan arsitektur tradisional, pengunjung juga dapat merasakan pengalaman budaya yang autentik, seperti mengikuti upacara adat atau belajar tentang pertanian organik. Desa ini juga dikenal dengan sistem “Tri Hita Karana,” yang mengedepankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Sumber:

  1. Buku “Wisata Budaya Bali” oleh I Made Suarta.
  2. Artikel “Desa Panglipuran: Keindahan Budaya Bali” di situs www.balitourism.com.

Baca Juga: Pengembangan Wisata Ziarah di Palembang

Sumber Gambar: https://tunashijau.id/

Desa Panglipuran adalah contoh nyata dari keberhasilan pelestarian budaya dan lingkungan di Bali. Dengan sejarah yang kaya dan kondisi yang terawat, desa ini tidak hanya menjadi tujuan wisata, tetapi juga tempat di mana tradisi dan nilai-nilai lokal terus hidup dan berkembang.

Untuk informasi lainnya hubungi admin kami di:

Whatsapp: (0812-3299-9470)

Instagram: @jttc_jogja

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four + 8 =

Latest Comments