Tradisi Warak Ngendog Simbol Identitas dan Kebudayaan Kota Semarang

Tradisi Warak Ngendog Simbol Identitas dan Kebudayaan Kota Semarang – Tradisi merupakan warisan budaya yang berharga dan perlu dilestarikan. Tradisi merepresentasikan identitas suatu kelompok masyarakat dan mencerminkan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pengkajian dan pendokumentasian terhadap tradisi merupakan salah satu cara pelestarian tradisi. Dengan adanya pemahaman dan pengetahuan terdapat tradisi, dapat menumbuhkan sikap menghargai dan mengapresiasi budaya. 

Salah satu tradisi yang masih terjaga sampai saat ini yaitu Tradisi Warak Ngendog. Tradisi ini berasal dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Kesenian ini menampilkan maskot berukuran raksasa yang dipertunjukan pada tradisi ritual Dugderan Kota Semarang. Dugderan sendiri merupakan proses ritual tahunan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan, biasanya dilaksanakan satu hari sebelum dimulainya hari puasa. Rangkaiannya berupa Pasar Dugderan, prosesi ritual pengumuman awal puasa, dan kirab budaya Warak Ngendog

Rangkaian kirab budaya Warak Ngendog dilakukan pada hari terakhir rangkaian Dugderan. Diawali dengan sambutan Walikota yang memerankan KRMT Purbaningrat, dilanjutkan dengan kirab budaya dimulai dari Balaikota dan melewati Jalan Pemuda hingga menuju Masjid Besar Kauman. Kemudian dilanjutan rangkaian kegiatan di Masjid Agung Jawa Tengah. Warak Ngendog menjadi daya tarik utama dalam kirab tradisi Dugderan. 

Dilansir dari kajian oleh Triyanto dkk (2013), rombingan kirab budaya terdiri dari pimpinan rombongan yang menaiki Kereta Kencana Solo. Dibelakangnya ada dereta mobil hias yang menampilkan Warak Ngendog dan diarak dari Balaikota menuju Masjid Kauman hingga Masjid Agung Jawa Tengah. 

Akulturasi budaya juga terjadi dimana masyarakat berkreativitas menciptakan mainan Warak Ngendog. Mainan ini berbentuk hewan berkaki empat yang dibuat dari kayu dan dibungkus dengan bulu kertas mengkilap dan berwarna. Pada bagian bawah dipasang telur diantara dua kakinya serta diberi roda dan tali, sehingga mainan ini dapat ditarik. Mainan ini menjadi ciri khas tradisi Dugderan dan dibuat maskot raksasa dalam kirab budaya Warak Ngendog

Seiring dengan perkembangan tren, maskot Warak Ngendog dibuat bervariasi dengan hiasan dan warna yang menarik, namun strukturnya masih sama. Ada yang menggabungkan maskot Warak Ngedog dengan rumah, masjid, bedung, dan struktur bangunan lainnya. Ada pula yang mengkombinasikan kepala Warak Ngendog dengan kepala naga, singa, sapi, kerbau, dan sebagainya. 

Tradisi Warak Ngendog merupakan kekayaan budaya yang perlu dilestarikan. Tradisi ini tidak hanya memiliki nilai budaya yang tinggi, tetapi juga nilai-nilai sosial yang penting, seperti keragaman, persatuan, kesyukuran, dan harapan.

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di (0812-3299-9470).

Baca juga : Dugderan Semarang Sebuah Tradisi Perayaan Bulan Ramadan

Sumber: 

Triyanto, T., Rokhmat, N., & Mujiyono, M. (2013). Warak Ngendog: Simbol Akulturasi Budaya pada Karya Seni Rupa. Komunitas: International Journal of Indonesian Society and Culture, 5(2), 168804.

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seven + eight =

Latest Comments