Fenomena Bali Overtourism ancaman atau keuntungan – Gejala dari overtourism terjadi ketika pasca masa pandemi covid-19 yang bermaksud agar perkembangan disektor pariwisata dapat berkembang pesat. World Travel and Tourism Council telah melakukan prediksi bahwa sektor pariwisata dapat menghasilkan pendapatan sebesat 9,5 triliun USD ditahun 2023. Nilai ini tentunya meningkat drastis sebesar 95 persen dari periode sebelumnya. Provinsi Bali menjadi tujuan utama dari destinasi para wisatawan mancanegara. Dihimpun dari data Dinas Pariwisata Bali dicatat bahwa dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2023 terdapat kunjungan mancanegara yang lebih dari 5,2 juta orang. Sementara itu, untuk kunjungan dari wisatawan domestik sendiri mempunyai jumlah kunjungan 9,4 juta orang.
Dari data di atas, Bali kemudian dinobatkan sebagai salah satu destinasi yang mengalami overtourism pada Tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh destinasi Bali yang memiliki kemampuan kapasitas terpasang (physical carrying capacity). Namun, hal tersebut malahan belum diperhitungan dengan baik oleh pemerintah dikarenakan hanya berfokus pada mendatangkan jumlah wisatawan sebanyak-banyaknya.
Kelebihan pengunjung atau overtourism justru juga memiliki dampak buruk terhadap lingkungan itu sendiri. Hal tersebut terlihat dari Candi Borobudur yang beberapa waktu memiliki pengunjung (wisatawan) yang berlebih. Pemerintah sebagai aktor pembuat kebijakan tentunya perlu untuk memetakan detinasi wisata daerah mana yang memiliki potensi dipadati oleh para pengunjung. Hal tersebut untuk mengantisipasi terjadinya overtourism dan meminimalisir dari kerusakan lingkungan.
Potret Bali era sekarang sudah beralih menjadi industri pariwisata yang beberapa wikayahnya telah mengalami kerusakan alam. Kemacetan dan sampah menjadi faktor dari dua sederet dampak buruk pembangunan pariwisata. Kerusakan ini terjadi diakibatkan oleh permintaan pasar pariwisata (pengunjung) yang cukup besar, Sehingga dampaknya adalah pembangunan secara besar-besaran serta menyebabkan alam menjadi dampak atau imbas yang dikorbankan.
Sosialisasi dan memperkenalkan destinasi-destinasi baru juga menjadi sektor yang perlu untuk dijadikan terobosan baru dalam mengantisipasi overtourism. Destinasi-destinasi baru ini tentunya akan membawa angir segar industri pariwisata. Pemerataan Daya Tarik Wisata (DTW) akan menjadi kontribusi baru dalam penawaran destinasi baru.
Baca juga : PHRI Terapkan Green Tourism untuk pariwisata berkelanjutan
Dalam era globalisasi ini, isu-isu pariwisata menjadi topik yang semakin relevan dan memerlukan perhatian mendalam. Kami PT Kirana Adhirajasa Indonesia, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan, kami memahami bahwa industri pariwisata tidak hanya mencakup aspek hiburan semata, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi, budaya, dan lingkungan. Untuk penyusunan penelitian, hubungi (0812-3299-9470).
No responses yet