mostbet az casinolackyjetmostbet casinopin up azerbaycanpin up casino game

Jathilan Lancur Dulu dan Kini

Jathilan Lancur Dulu dan Kini – Kesenian jathilan lahir sebagai kesenian rakyat, ia bertumbuh dalam tradisi jawa pinggiran. Pigeud (referensi masih konfirm ke pak santyo), mencatat bahwa awalnya kesenian ini bertumbuh sebagai kesenian barangan, ia dibawa keliling kampung untuk mencari penanggapnya (ngamen).  Menurut catatan pigeud (referensi masih konfirm ke pak santyo) bahwa alat musik yang digunakan untuk mengiringi jathilan lancur adalah alat musik yang portable (mudah dibawa kemana-mana), seperti kendang, kecrek, bende dan dua atau tiga buah angklung. Tidak dapat dibuktikan secara pasti bahwa kapan kesenian ini lahir,  tapi menurut beberapa tulisan (pigeud, claire holt), menyatakan bahwa kesenian ini mulai berkembang pada awal tahun 1900an. Namun penulis punya keyakinan sulit sekali kita bisa memastikan kapan kesenian ini lahir karena sifat dari kesenian rakyat lahir dan berkembang dengan cara yang organik. Artinya ia bertumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang terjadi dilingkungannya. Jadi akan sulit mendeteksi siapa pencipta awal dan kapan diciptakan.

Hal tersebut diatas sama dengan bagaimana group jathilan Lancur Turonggo Agung Kalasan, Jathilan Lancur Jati Minggir, maupun Jathilan Lancur Jathilan Krido Turonggo Jati Jiwo Sari Cangkringan, mereka memulai dan bertumbuh dengan organik. Berdasarkan cerita yang didapat biasanya ada satu atau beberapa orang yang memulai dengan mengumpulkan alat musik yang dimiliki atau meminjam alat musik kepada tetangga dusun yang mempunyai group kemudian mereka mencari-cari bentuk estetika musik jathilan berdasarkan apa yang mereka miliki. Seperti Mbah Alirejo memulai kesenian jathilan lancur dengan mengumpulkan alat dan anak-anak muda disekitar rumah nya kemudian mereka berlatih di rumah Mbah Ali ini.

Selain itu tedeteksi juga bahwa kelahiran dan perkembangan alat musik jathilan selalu berelasi dengan perayaan-perayaan warga. Seperti di Njiwan Argomulyo, Cangkringan, Jathilan Lancur digunakan sebagai salah satu media perayaan atau ritual midang, yaitu ritual untuk memenuhi nadzar/ kaul seseorang. Jathilan Lancur digunakan untuk mengarak sang punya Nadzar ke Pasar Njiwan, kemudian mereka pentas dipasar tersebut. Keberadaan perayaan menjadi penting terhadap perkembangan kesenian jathilan lancur. Dalam ritual ini terdapat peristiwa arak-arakan dan pementasan jathilan yang pasti dilakukan di luar ruang.

Baca juga : Bagong Kussudiardja

Jadi dari sudut kesejarahan dapat disimpulkan bahwa seni jathilan lahir dan berkembang dengan cara-cara organik. Begitu juga dengan perkembangan alat musik yang digunakan, bahkan hari ini jika mereka (ketiga group yang diteliti), ingin laku dipasar kesenian warga, mereka harus membawa lagu dan alat-alat musik modern sebagai salah cara bagaimana mereka bertahan. Dalam konteks revitalisasi ini menjadi penting bahwa, bagaimana kita melihat masalah pemilihan alat musik begitu acak, sesuai dengan “modal” pelakunya dan juga dengan melihat kebutuhan pasar. Jadi menjadi penting persoalan pemberdayaan pelaku seni jathilan lancur agar mereka mengetahui pilihan-pilihan estetika lain yang masih bersifat tradisional, artinya mereka bisa memilih semesta kekayaan estetika tradisi Yogyakarta, agar mereka dapat menghadirkan spektakel dan pemanggungan yang ciamik tetapi rasanya masih rasa tradisi.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat. Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di 0812-3299-9470.

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *