Deskripsi Sega abang

Foto 11: Beras merah (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021)

Sega abang merupakan satu jenis menu makanan tradisional Kabupaten Gunungkidul yang berupa nasi. Nasi tersebut berwarna merah secara alami tanpa melalui pewarnaan apapun. Untuk menjadi menu makanan tradisional nasi merah atau sega abang memerlukan proses yang cukup panjang, mulai dari penanaman padi hingga menjadi sega abang yang siap untuk dikonsumsi.

Proses panjang tersebut dimulai dari penanaman padi atau benih, perawatan tanaman padi, pemanenan padi, pengolahan padi menjadi beras dan pengolahan beras menjadi sega abang.

Penanaman padi atau pari gogo dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang sudah disiapkan dengan cara menanam langsung melalui benih padi yang sudah disiapkan.   Setelah   tumbuh   proses   selanjutnya   adalah   dilanjutkan   dengan perawatan pari gogo yang telah tumbuh. Kemudian hingga pari gogo tersebut mulai berbuah dan menguning. Proses selanjutnya adalah memanen padi dengan cara secara serentak atau bersamaan dengan menggunakan alat potong berupa ani –   ani dari batang demi batang atau dari helai demi helai. Proses selanjutnya adalah ada dua aara yaitu yang pertama hasil panen padi itu diikat menjadi satu ikatan dengan besar ikatan tertentu kemudian ikatan tersebut dijemur hingga kering. Setelah kering padi tersebut disimpan ditempat lumbung padi yang sudah disediakan dengan metode tertentu, baik ditaruh dalam lumbung dengan cara digantung maupun diletakkan di lantai yang tertutup. Namun cara ini pada umumnya penyimpanannya dengan cara digantung di atas.  Cara ini padi diambil jika dipergunakan untuk dimasak dengan cara dibuat atau ditumbuk terlebih dahulu.

Cara yang kedua adalah padi yang dipanen dari lahannya dirontokkan untuk diambil bulir – bulir padinya. Setelah selesai, buliran padi itu dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur. Setelah kering semua kemudian disimpan dilumbung padi. Sewaktu – waktu akan memasak maka padi tersebut dapat ditumbuk secara tradisional maupun menggunakan mesin.

Foto 1: Tahapan menanam padi gogo

Foto 1: Tahapan menanam padi gogo

 

Padi gogo ditanam melalui biji langsung dimasukkan dalam lubang  yang sudah dibuat dan diatur sedemikian rupa. Jika sudah masuk dalam lubang kemudian lubang itu ditutup dan menunggu hingga tumbuh bertunas.

Foto 2: Tanaman padi remaja

Foto 2: Tanaman padi remaja

Setelah penanaman awal dan tunas sudah tumbuh maka tahap selanjutnya adalah perawatan tanaman padi. Proses selanjutnya adalah memasak sega abang. Pada jaman dahulu masyarakat pedesaan di Kabupaten Gunungkidul memasak memakai alat – alat tradisional dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Beberapa alat tradisional yang digunakan antara lain keren (tungku), dandang (tembikar), kukusan, siwur (gayung), enthong, dan tumbu.

Foto 3: Keren besar atau tungku yang dibuat dari anah atau semen

Foto 3: Keren besar atau tungku yang dibuat dari anah atau semen

 

Tungku ini berfungsi untuk tempat perapian yang merupakan sumber panas menanak  sega  abang.  Ada  dua  lubang  besar  yaitu  lubang  utama  dan  di sampingnya juga ada lubang. Umumnya lubang yang samping untuk memasak air atau memasak yang lainnya. Lubang yang tampak dari depan adalah lubang untuk memasukkan kayu sebagai sumber perapian alami.

Foto 4: Dandang atau tembikar/bejana

Foto 4: Dandang atau tembikar/bejana

 

Alat yang dinamakan dandang adalah untuk menampung air sebai sumber pengasapan atau kukus. Dandang umumnya dibuat dari bahan tembaga atau aluminium atau pun stensil. Dandang dimanfaat untuk mengukus  sega  abang yang sudah kekel atau karon. Pada jaman dahulu alat yang disebut dandang ini umumnya untuk memasak nasi dengan cara dikukus dalam jumlah yang banyak. Hal itu dimaksudkan agar sega abang yang dikukus dapat masak dengan baik dan tidak gosong selama tidak kehabisan air.

Foto 5: Kukusan

Foto 5: Kukusan

 

Kukusan  merupakan  alat  memasak  yang  dibuat  dari  anyaman  bamboo berbentuk kerucut. Kukusan berguna untuk mengukus sega abang. Alat dandang dan kukusan ini saat ini sudah jarang ditemukan karena sudah digantikan dengan alat lain yang dibuat dari aluminium atau stensil yang mampun berfungsi sama dengan kedua alat tersebut. Hal itu lebih praktis namun tidak mengurangi rasa dari maskan sega abang.

Foto 6:Siwu

Foto 6:Siwu

Siwur adalah alat yang dibuat dari tempurung kelapa yang sudah tua atau keras sekali. Umumnya sudah berwarna cokal atau hitam. Alat ini diberi tangkai yang dibuat dari bahan kayu namun kadang juga dibuat dari bahan bambu. Fungsi alat ini adalah untuk mengambil air ketika memususi beras abang.

Foto 7: Enthong

Foto 7: Enthong

 

Enthong merupakan alat tradisional Jawa yang dibuat dari bahan kayu yang salahsatu ujungnya dibuat pipih dan lebar. Alat ini befungsi untuk mengambil atau mengangkat nasi.

Foto 8: Tumbu

Foto 8: Tumbu

 

Tumbu merupakan alat rumah tangga tradisional yang dibuat dari anyaman bamboo.  Alat  ini  berfungsi  untuk  membersihkan  beras  atau  dalam  bahasa Jawanya adalah untuk mususi besar abang yang akan dimasak. Alat ini saat ini kadang digantikan dengan bahan yang lebih praktis yaitu yang dibuat dari bahan plastik.

Adapun sumberdaya alam yang dimanfaatkan adalah air, kayu, dan beras merah.

Foto 9. Air dalam Genthong

Foto 9. Air dalam Genthong

 

Pada jaman  dahulu  air  ditampung dalam  genthong atau  tempayan.  Fungsinya adalah untuk membersihkan beras abang dan memasak sega abang.

Foto 10: Kayu bakar

Foto 10: Kayu bakar

 

Kayu bakar yang digunakan untuk memasak sega abang adalah kayu yang sudah tidak digunakan untuk perlengkapan rumah. Dalam bahasa Jawa disebut dengan kayu obong, yaitu kayu yang memang diperuntukkan untuk dibakar dalam masak memasak.

Foto 11: Beras merah (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021)

Foto 11: Beras merah (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021)

 

Proses memasak sega abang adalah sebagai berikut beras merah atau beras abang yang siap untuk dimasak terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan air sampai kotorannya hilang. Agar sega abang yang dimasak rasanya pulen dan enak serta tidak kasap maka pada saat yang bersamaan menyalakan api ditungku untuk  memanfaat  air.  Setelah  semua  siap  beras  yang  sudah  bersih  kemudian dikaru atau dikekelke dengan cara diberi air panas yang tersedia diaduk – aduk beberapa menit hingga airnya kering dan beras sudah cukup mengembang kemudian didiamkan berapa menit.

Ditempat  lain  tungku  yang  sudah  menyala dan  terdapat  airnya  kemudian diberi kukusan. Setelah panas dan dibasahi air panas beras abang yang sudah dikaru tadi dimasukkan dalam kukusan kemudian ditutup dengan layah. Setelah beberapa waktu dan dirasakan sega abang sudah matang kemudian kukusan diangkat dan sega abangpun sudah masak siap untuk dikonsumsi. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui urutan gambar dibawah ini.

Foto 12: Proses membersihkan beras dari kotoran (mususi) Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

Foto 12: Proses membersihkan beras dari kotoran (mususi) Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

 

Pada tahapan ususi ini air dibersihkan dari debu kotoran namun air pususan tidak sampai bening sekali agar kandungan yang terdapat dalam beras merah tidak hilang.

Foto 13: Proses ngaru atau ngekelSumber : Dokumentasi pribadi, 2021

Foto 13: Proses ngaru atau ngekel
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

 

Ngaru atau ngekel ini adalah proses awal memasak sega abang dengan cara membuat beras merah menjadi setengah matang sebelum dikukus.

Foto 14: Proses adang atau memasak <yoastmark class=

 

Untuk mematangkan sega abang dengan baik maka setelah dikaru kemudian dikukus. Yaitu proses memasak dengan cara mengasapi dengan uap air.

Foto 15: Tahapan terakhir adang atau ngukus karon beras merahSumber : Dokumentasi pribadi, 2021

Foto 15: Tahapan terakhir adang atau ngukus karon beras merah
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

 

Tahapan   adang   atau   ngukus   ini   dilakukan   untuk   memastikan   bahwa pembuatan sega abang sampai tanak atau benar-benar masak. Memerlukan beberapa menit untuk memastikannya. Hal itu tergantung sedikit banyaknya sega abang yang dibuat.

Foto 16: Sega abang

Foto 16: Sega abang (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021)

 

Setelah  semua  proses  memasak  dilalui  maka  terakhir  adalah  sega  abang sudah matang dan diangkat untuk ditempatkan di cething. Pada jaman dahulu peralatan  yang digunakan  adalah  terbuat  dari  bahan  bamboo  namun  sekarang sudah memakai cething  yang terbuat dari alumunium. Hal itu dianggap lebih bersih dana wet serta mudah dibersihkan.

Tahapan terakhir adalah penyajian menu sega abang. Sega abang Kabupaten Gunungkidul  disajikan  bersama  perlengkapan  makan  yang  lain,  yaitu  sayur lombok ijo, daging empal, wader, serta pelengkap lainnya. Pada saat ini dengan berbagai kreatifitas dan inovasi, penyajian menu sega abang Kabupaten Gunungkidul semakin lengkap. Namun demikian, secara umum masih mempertahankan  menu  tradisional  sega  abang  yang  terdiri  dari  sega  abang, jangan lombok ijo, dan lauk daging empal. Beberapa tambahan sebagai pelengkap antara lain sayur brongos mlinjo, wader pari, ayam kamung dan daun pepaya.

Baca juga: Perkembangan Jangan Lombok Ijo

Hal itu dilakukan sebagai pemenuhan dan tuntutan dalam pelayanan terhadap konsumen yang semakin menghendaki keanekaragaman menu. Meski demikian, warung makan sega abang dan lombok ijo masih tetap mempertahankan ketradisionalannya dengan mempertahankan menu sega abangnya.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat. Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di 081232999470.

 

 

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seventeen − 16 =

Latest Comments