Dinamika Identitas Betawi Kristiani Di Kampung Sawah, Bekasi

Kampung Sawah merupakan wilayah dengan gejala sosial yang unik dalam konteks kebudayaan Betawi. Gejala ini dianggap di luar ’kelaziman’ warga Betawi yang diidentikkan dengan agama Islam. Enclave Betawi dipinggiran Jakarta ini dikenal dengan warga Betawi yang beragama Islam, Protestan, dan Katolik. Campur baur antara identitas etnis dan identitas agama di Indonesia bukanlah hal yang baru. Beberapa kajian menunjukkan dinamika hubungan budaya dan agama di Indonesia yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Agama dan etnisitas menyatu dalam satu identitas seseorang sebagaimana klaim-klaim kesukuan yang mengafiliasikan pada agama tertentu. Etnis Betawi kerap diidentikkan dengan keyakinan Islam.

Campur baur antara identitas etnik dengan identitas agama ini bahkan memengaruhi perkembangan tradisi dan kesenian suku Betawi. Beberapa sarjana menunjukkan bahwa tradisi dan seni yang ada dalam masyarakat Betawi, seperti Palang Pintu, Lebaran Betawi, Hadrah, dan lainnya merupakan ekspresi religiusitas mereka yang menganut Islam. Tradisi dan seni yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, meskipun sudah lama dipraktikkan dalam komunitas Betawi, seperti Gambang Kromong yang kerap diiringi dengan praktik judi dan minum-minuman keras, tari Cokek, dan sebagainya dianggap bukan bagian dari Betawi.

Apa yang muncul kemudian adalah upaya pembedaan identitas terhadap komunitas Betawi yang tidak menganut Islam dan Betawi Muslim. Hal ini tidakhanya terjadi pada komunitas Kristiani di Kampung Sawah, tetapi juga masyarakat Betawi yang bermukim di Kampung Tugu yang juga dianggap berbeda dari masyarakat Betawi lainnya sebagai akibat perbedaan keyakinan. Mereka merasa ada batas-batas yang membedakan mereka dari komunitas Betawi lainnya, meskipun mereka terbiasa mempraktikan berbagai tradisi Betawi dalam keseharian mereka. Hal yang sama juga dirasakan pada jemaat Gereja Protestan Indonesia di Bagian Barat (GPIB) Immanuel di Kota Depok. Meski nenek moyang mereka telah mendiami kawasan yang kini disebut Depok sejak abad ke-17 masehi, dan telah mempraktikan berbagai tradisi Betawi, mereka tetap merasa ada batas yang membedakan mereka dengan warga Betawi lain di sekitar mereka.

Batasan-batasan etnik adalah Batasan sosial yang sifatnya sangat cair. Batasan-batasan tersebut tidak menutup satu kelompok etnik dari kelompok lainnya. Hubungan antar etnik diwarnai dengan aliran pertukaran informasi, interaksi, bahkan tidak jarang pertukaran anggota. Konsep ini menempatkan fokus studi mengenai etnik pada hubungan antar kelompok. Batasnya adalah garis pemisah yang tak terlihat dan berifat dua arah; kedua kelompok dalam suatu hubungan membatasi identitas dan kekhasan mereka di antara yang lain. Barth mengingatkan pentingnya variabel sosial dalam interaksi tersebut. Pada satu sisi, etnik berfungsi hanya sebagai anggapan atau label kategoris yang digunakan untuk mengklasifikasikan orang.

Pengorganisasian etnik mungkin menyusun aspek-aspek penting dari kehidupan individu dan memiliki kepentingan yang besar di tingkat masyarakat. Hal ini yang juga terlihat pada fenomena Betawi Kampung Sawah Klaim terhadap identitas etnik adalah permasalahan yang sudah lama menjadi kajian banyak sarjana. Pertanyaan mendasar permasalahan ini adalah apakah identitas etnik adalah sifat yang diwariskan (ascription) atau ia adalah sifat yang didapat dari berbagai interaksi sosial dan budaya (achievement). Identitas etnik kemudian bersinggungan dengan berbagai identitas lain seperti agama, bahasa, kebangsaan, dan lainnya yang dengan ini menegaskan bahwa etnisitas adalah hasil dari berbagai interaksi dan bukan ketertutupan.Oleh karena itu,gagasan mengenai kelompok etnik sebagai entitas tertutup sangatlah mustahil.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Kata kunci: Konsultan pariwisata, penelitian pariwisata, kajian pariwisata

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five + 18 =

Latest Comments