mostbet az casinolackyjetmostbet casinopin up azerbaycanpin up casino game

KAWRUH EMPU

Manuskrip merupakan koleksi langka yang dipunyai oleh setiap bangsa di belahan dunia. Masyarakat bisa mempelajari perjalanan hidup leluhurnya melalui naskah lama yang telah dianggit leluhurnya. Manuskrip sangat penting utuk dikaji dan dijaga kelestariannya karena ini merupakan jejeak sejarah yang sangat penting. Ini juga merupakan warisan masa lampau yang memuat pengetahuan yang berkaitan dengan realitas atau kondisi sosiokultural yang berlainan dengan kondisi sekarang.

Manuskrip juga mengandung informasi yang tak sembarangan dari bidang sastra, agama, hukum, adat istiadat, dan lannya. Informasi yang berada di manuskrip dapat membantu atau menjadi panduan bagi penekun sejarah maupun peneliti di bidang humaniora tatkala mempelajari topik yang dikajinya.  Contohnya adalah kawruh empu.

Manuskrip ini telah didaftarkan oleh Yatini Wahyuningsih, SE, M.Si pada tanggal 28 Juni 2021 di Surakarta. Kawruh empu dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai pengajaran (dari) guru. Empu atau guru yang dimaksud adalah empu keris, dikarenakan serat ini berisi mengenai ilmu keris. Kawruh empu ditulis dikarang oleh R. Atmasupana dan Ng. Wirapustaka pada pertengahan abad XIX, sekitar 1843. Lalu da indikasi serat ini ditambah oleh Ki Padmosusastra. Kawruh empu ditulis ulang di Surakarta pada 1913-1914 oleh juru tulis Ng. Wirapustaka yang didalamnya berisi mengenai aneka bentuk keris dengan tambahan daftar nama abdi dalem yang bekerja di bawah kasepuhan.

Nancy Florida menjelaskan bahwa naskah berbentuk prosa ini mendokumentasikan daftar bentuk keris (dhapur dhuwung)diurutkan menurut susunan abjad. Salinan dan pengabjadan dilakukan oleh Ngabehi Wirapustaka, yang nantinya dikenal sebagai Ki Padmasusastra. Pada saat itu, Ng. Wirapustaka menjadi pegawai museum Radya Pustaka. Bisa dikatakan manuskrip ini merupakan semacam ensiklopedi seputar empu dengan keterangan karya dan deskripsi yang detail.

Sampai sekarang, serat ini masih bertahan dengan upaya pelestariannya dari mulut ke mulut. Selain itu ada juga bentuk dokumentasinya berupa naskah, mikrofilm, dan foto digital.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 + eight =

Latest Comments