Tari pamoagna merupakan sebuah produk tradisi di Kelurahan Budaya Pampang, Kalimantan Timur. Tari pampagna hanya dimainkan oleh perempuan dengan rentang usia yang variatif, hal ini menjadi tradiisi yang selalu dilaksanakan di setiap pertunjukannya. Masyarakat Suku Dayak percaya bahwa kaum perempuan juga menempati posisi yang lebih tinggi dibandingkan laki laki. Penyebabnya, perempuan dianggap senantiasa menjunjung tinggi adat, kebiasaan dari nenek moyang hinga keturunan yang paling bawah.
Tari pampagna ini memiliki makna simbolik, baik dalam unsur penari, gerak, musik, rias, busana dan properti. Makna tersebut adalah sebagai berikut:
- Penari: penari pampaga berjumlah 13 perempuan, dengan pembagian 8 penari memainkan bilah bambu dan 5 penari lain berlenggok menari diatas bilah tersebut. penari berjumlah 13 melambangkan burung pipit yang hidup berkelompok, dan bermakna bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan saling membutuhkan satu sama lain untuk hidup dalam kebersamaan. Hidup dalam masyarakat harus senantiasa rukun dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
- Gerak: gerak dalam tari pampaga tediri dari gerakan tangan ke atas, kanan, kiri dan gerakan meloncat diantara bilah-bilah bambu atau kayu yang digunakan sebagai properti utama. Sebelum meloncat diatas bilah bambu, penari akan memasuki area panggung dari dua sisi dengan tangan melambai ke atas dan ke bawah serta kanan kiri secara bergantian mengikuti iringan musik. Gerakan ini melambangkan sekelompok burung pipit yang akan mencari makan dengan beterbangan kesana-kemari. Gerakan tangan yang melambai ke atas bawah dan kanan kiri mengesankan bahwa masyarakat kelurahan budaya pampang memiliki hubungan interaksi yang baik dengan sesama masyarakat sehingga hal tersebut menggambarkan kekompakan dan kerukunan masyarakat. Gerak meloncat diantara bilah-bilah bambu melambangkan sekelompok burung pipit yang sedang menghindari jebakan yang dibuat oleh petani saat mereka hendak memakan bulir-bulir padi, ini juga dipercaya oleh masyarakat bermakna bahwa suku dayak harus senantiasa berhati-hati karena selalu ada hambatan dalam menjalani kehidupan.
- Musik/iringan: musik yang mengiringi tari pampagna ini bersumber dari alat musik Sampek dan suara yang ditimbulkan dari permainan bambu yang digunakan. Musik yang digunakan memiliki tempo pelan sampai cepat yang dihasilkan dari bambu yang saling berbenturan satu sama lain. Musik ini khusus diciptakan untuk suku dayak kenyah khusus untuk kelurahan budaya pampang dan tidak bisa digunakan di tempat lain. Musik ini memegang teguh adat dengan budaya luar yang datang dari pengaruh perkembangan zaman.
- Rias: dalam pertunjukan tari ini, penari tidak menggunakan rias wajah. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan keelokan asli perempuan Dayak Kenyah yang memiliki mata sippit dan kulit putih. Penampilan penari pampaga tanpa rias bermakna bahwa masyarakat Budaya pampang selalu menerima dan bersyukur atas ciptaan Tuhan tanpa perlu merubah apa yang sudah diberikan. Mereka percaya bahwa apa yang telah diberikan oleh Tuhan merupakan hal baik yang harus selalu disyukuri.
- Busana: busana yang digunaka penari adalah Baju Ta’a (baju adat Dayak Kenyah) yang terdiri dari.(a) sapei inoq (baju yang terbuat dari beludru berbentuk rompi yang dihiasi oleh manik-manik yang bermotif tebenggang). Motif tebenggang dikenal dengan istilah burung enggang, masyarakat meyakini bahwa burung enggang merupakan hewan leluhur, suci, dan pemersatu suku dayak di kalimantan. Melalui lambang ini, masyarakat suku dayak diharapkan bersikap berani, setia dan rendah hati. Selain itu terdapat manik-manik dengan warna putih, biru, kuning dan merah. Putih melambangkan kesucian, biru melambngkan kesetiaan, kuning melambangkan kewibawaan, dan merah melambangkan keberanian masyarakat suku dayak. (b) rok yang bermotif rajutan nuansa alam dengan gambar daun pakis dan burung enggang, memberikan kesan rendah hati dan kesetiaan. Selain itu, terddapat pula motif kelunan (gambar muk amanusia yang sepintas terlihat seperti topeng), motif ini memberikan simbol sebagai nenek moyang yang selalu melindungi masyarakat suku dayak dari hal-hal buruk yang akan menimpa. Motif harimau memberikan simbol keberanian dan kekuatan. (c) bluko (topi pelindung) yang terbuat dari rotan yang memberikan kesan bahwa rotan merupakan bahan yang kuat dan tahan benturan layaknya masyarakat suku dayaak yang memiliki jiwa pantang menyerah. (d) beteng, ikat pinggang yang terbuat dari manik batu yang digunakan wanita Dayak Kenyah,warnanya memiliki makna sendiri, hitam memberikan kesan elegan, kuning memberi kesan semangat yang tinggi, orange memberi kesan jiwa petualang.(e) uleng sabu, aksesoris yang digunakan di bagian leher.
- Properti: properti yang digunakan adalah bambu berjumlah 8 buah. 6 bambu kecil berukuran 2 meter dan 2 bambu besar berukuran lebih dari 3 meter. Properti ini memiliki makna yang melambangkan suatu perangkap yang sengaja dibuat untuk menjepit leher burung pipit yang kerap memakan bulir-bulir padi diladang.
Selan dari hal-hal diatas, makna yang terkandung dalam Tari Pampaga secara keseluruhan adalah keberanian, kekkompakan dan pengorbanan. Keberanian diperlukan oleh masyarakat Dayak Kenyah dalam menjalani kehidupan karena terkadang seseorang tidak mampu melakukan suatu pekerjaan karena takut. Kekompakan diperlukan dalam bekerjasama yang dituangkan melalui aturan dalam mengontrol tempo permainan bambu dalam tari supaya kaki tidak terjepit. Artinya, dalam hidup bermasyarakat akan selalu ada aturan hingga apabila melanggar selalu ada hukuman.
No responses yet