Mengenal Sumbu Imajiner Dan Sumbu Filosofi Kraton Yogyakarta

Keberadaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan hasil Perjanjian Perdamaian (Traktat Reconciliatie) yang disetujui dan ditandatangani oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwana Senopati ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah dan Nicolaas Hartingh yang mewakili VOC di Desa Giyanti pada hari Kamis Kliwon, tanggal 29 Rabiulakhir, Bé 1680 tahun Jawa, wuku Langkir atau tanggal 13 Februari 1755 yang lebih terkenal dengan Perjanjian Giyanti atau Palihan Nagari. Pihak Pangeran Mangkubumi yang ikut serta menandatangani Perjanjian Giyanti adalah Pangeran Harya Hamangkunagara Mataram, Pangeran Ngabèhi Lèring Pasar, Pangeran Natakusuma, Pangeran Harya Pakuningrat, Adipati Danureja, dan Tumenggung Rangga Prawiradirja, sedangkan dari pihak VOC yang ikut menandatangani Perjanjian Giyanti adalah W. van Ossenberch, J.J. Steenmulder, dan W. Fockens.

Pangeran Mangkubumi memilih Yogyakarta sebagai ibukota kerajaan, karena di samping sebagai seorang yang ahli di bidang strategi perang. Selain itu, ia juga seorang arsitek yang sangat memegang teguh nilai historis maupun filosofis yang sangat dipercaya akan berpengaruh terhadap sikap perilaku dirinya sebagai raja sampai pada para kawulanya. Pertimbangan lain yang mendasar dipilihnya lokasi tersebut sebagai ibu kota negara adalah berkaitan dengan nilai filosofis magis.

Dari sisi topografi, Yogyakarta terletak di antara enam sungai yang mengapit secara simetris, yaitu Sungai Codé dan Winanga di ring pertama, Sungai Gajahwong dan Kali Bêdog di ring kedua, serta Sungai Opak dan Sungai Progo di ring ketiga. Di sebelah utara terdapat Gunung Merapi yang masih aktif dan di sebelah selatan terdapat Laut Selatan. Penentuan lokasi oleh Pangeran Mangkubumi ini dapat dianalogikan dengan pemilihan lokasi bangunan suci oleh orang-orang Hindu. Menurut kitab-kitab agama Hindu, bangunan seperti candi biasanya berlokasi di daerah yang kondisi alamnya berbeda dengan sekitarnya. Hal tersebut dilakukan untuk memperlihatkan kekuasaan dewa atau keajaiban lainnya.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Kata kunci: Konsultan pariwisata, penelitian pariwisata, kajian pariwisata

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eight − 5 =

Latest Comments