Peran Gender dan Pembagian Kerja Di Desa Selaras

Desa Selaras adalah desa agraris yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Penduduk desa ini berjumlah 16.670 jiwa dengan komposisi 52% laki-laki dan 48% perempuan. Mayoritas penduduk desa ini (63%) berada pada kategori usia produktif yaitu 15-64 tahun, tetapi 30% di antaranya tidak memiliki pekerjaan. Jenis mata pencaharian yang dimiliki oleh penduduk Desa Selaras sebagian besar berupa pekerjaan di sektor informal seperti pedagang, buruh harian lepas, petani, dan buruh tani dengan penghasilan rata-rata Rp. 30.000 hingga Rp. 100.000 perhari. Penduduk yang bekerja sebagai pedagang pada umumnya berdagang dengan membuka warung di depan rumah mereka atau berjualan keliling di sekitar desa hingga ke luar kota. Pada umumnya, pedagang yang membuka warung di depan rumah adalah perempuan. Mereka biasanya berjualan sambil menjaga anak; sedangkan pedagang yang berkeliling hingga ke luar kota pada umumnya adalah laki-laki. Mereka biasa berjualan keliling dari pagi hingga sore hari; sebagian berjualan keliling selama beberapa bulan di luar kota. Hal ini menyebabkan adanya peran laki-laki dalam rumah tangga yang diambil alih oleh perempuan selama laki-laki tersebut pergi mencari nafkah.

Perbedaan peran gender antara perempuan dan laki-laki terlihat dalam perbedaan peran produktif (ekonomi), peran reproduktif (kegiatan rumah tangga), dan peran sosial (di masyarakat) (Puspitawati, 2013). Di Desa Selaras, perbedaan peran produktif, laki-laki dan perempuan terlihat dalam perbedaan jenis dan karakteristik pekerjaan yang dikerjakan. Pada umumnya, laki-laki berkesempatan mengakses pekerjaan yang lebih beragam dengan jangkauan wilayah yang lebih luas dibandingkan perempuan. Akibatnya, perempuan cenderung bekerja di sekitar rumah agar mereka tetap dapat menjalankan peran reproduktif mereka.

Perbedaan peran produktif antara laki-laki dan perempuan tampak di beberapa sektor, yaitu sektor perdagangan, jasa, manufaktur, dan pertanian. Di sektor perdagangan, laki-laki pedagang cenderung memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dibandingkan perempuan pedagang. Pedagang laki-laki tidak hanya berjualan di dekat rumah saja, tetapi berkeliling desa dan bahkan keliling ke beberapa kecamatan dan ke luar kota. Pedagang perempuan hanya berjualan di warung depan rumah atau sebatas berkeliling di lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini karena mereka harus menjalankan multi peran, yaitu peran produktif sekaligus reproduktif, misalnya menjaga anak sambil bekerja. Multi peran yang dimiliki oleh perempuan bukanlah hal yang baru. Fenomena perempuan yang mengemban multi peran di ranah domestik dan publik tercermin dalam penelitian Korlefura dan Tupamahu (2021) mengenai multi perempuan pedagang di pasar tradisional, penelitian Jalil dan Tanjung (2020) tentang multi perempuan di masyarakat petani, dan penelitian Rostiyati (2018) tentang multi perempuan di kalangan masyarakat nelayan.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Kata kunci: Konsultan pariwisata, penelitian pariwisata, kajian pariwisata

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fourteen + four =

Latest Comments